Istikhoroh, Solusi Buah Simalakama


KHUTBAH JUM’AT Di Masjid Jami’ Miftahul Jannah Burai, 21 Oktober 2011

إِنَّ الحَمدَ لله نحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ وَنَستَهدِيهِ وَنَتُوبُ إِلَيهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعمَالِنَا ، مَن يَهَدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَه وَمَن يُضلِلهُ فَلا هَادِيَ لَه ، أشهد أن لا إله إلا الله وَحدَهُ لاَ شَريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بَلِغُ الرِّسَالَةَ وَأَدِّى اْلأَمَانَةَ وَنَصِحْ لِلأُمَّةِ وَجَاهِدُ في اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اللهم صل على محمد وعلى آله وَأَزْوَاجِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ رِضْوَانَ اللهِ عَلَيهِمَ. أَمّاَ بَعدُ أَيُّهَا إتّقُوااللهَ تَعَالى، حَقّ تُقَاتِه وَلا تَمُوْتُنّ إلاوَانْتُمْ مُسْلِمُوْن.

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. Al-Baqarah: 216)

Kaum muslimin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Segala puji hanya bagi Allah SWT, dan kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan kita juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya… shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Pada kesempatan yang baik ini, kami mengajak kita semua untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dengan usaha tersebut derajat kita di hadapan Allah SWT. semakin meningkat. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Disepanjang kehidupan kita ini, saya yakin bahwa kita semua pernah mendengar istilah “bagaikan buah simalakama? Ungkapan ini merupakan ungkapan yang mewakili perasaan bimbang seseorang tatkala berhadapan dengan dua persoalan atau lebih yang menghendaki dirinya harus memilih 1 dari 2 atau lebih pilihan. Pilihan ya,, atau tidak. Memilih A atau B. Laju atau urung, diterima atau tidak, dan berbagai pilihan lain yang sama-sama sulit. Buah simalakama, buah yang jika dimakan pahit tapi jika dibuang sayang karena buah ini mengandung banyak manfaatnya terutama bagi mereka yang menderita diabetes, kanker, tumor, hepatitis, rematik dan asam urat. Demikian pilihan yang ada pada buah simalakama, maka wajarlah kalu ia dipakai sebagai ungkapan untuk mewakili kebingungan seseorang.
Jika seseorang  berada dalam kondisi seperti di atas, maka sebaiknya ia segera mencari solusi, karena jika dibiarkan maka ia akan selalu terombang ambing dengan 2 keputusan yang menggantung. Akibatnya semua aktivitas akan terganggu, hidup tidak produktif,  perasaan/emosi yang negatifpun akan mampir, dan bahkan kesehatan yang bersangkutan akan terganggu. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah ketika syaithon yang selalu mencari jalan untuk menyesatkan manusia kemudian memanfaatkan kondisi kebingungan dan keragu-raguan seseorang dengan membisikkan cara-cara yang menyimpang, misalnya menghasud orang yang bingung mendatangi dukun, peramal dan keramat, hingga syiriklah ia.
            Dalam sebuah situs motivasi islami, seseorang yang bernama Rahmat menuliskan 2 strategi berfikir yang bisa kita terapkan ketika mengalami kondisi di atas, yaitu:
Pertama: Ambillah keputusan dan bersiaplah menerima segala hal yang pasti akan muncul setelah pilihan itu. Siap, tidak selamanya pasrah menerima apa yang terjadi, tetapi siap untuk mengantisiasi dan mengatasi masalah yang mungkin timbul.
Kedua: Carilah kemungkinan pilihan lain jika memungkinkan. Jika tidak menemukan alternatif lain, maka kembali ke setrategi pertama.
            Sesungguhnya dalam islam, telah disiapkan Allah SWT jalan keluar yang lebih aman dan manjur jika kita berada pada kondisi berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit, karena solusi yang akan didapatkan langsung berasal dari Dzat yang Menciptakan manusia. Yaitu melalui syari’at sholat istikhoroh.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Turmudzi, serta An-Nasa’I dari hadits Jabir RA berkata: Nabi Muhammad SAW mengajarkan kami agar beristikharah pada setiap perkara, sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami satu surat dari Al-Qur’an, dan beliau bersabda, “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:
(اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ)
 “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada -Mu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaan -Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaan -Mu. Aku mohon kepada -Mu sesuatu dari anugerah -Mu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Maha kuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendak-nya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau Nabi bersabda: …di dunia atau akhirat sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, harta dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan -Mu kepadaku.”[1]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak akan menyesal orang yang beristikharah kepada Allah Yang Maha Pencipta dan bermusyawarah dengan makhluk serta teguh dalam pendiriannya. Allah SWT berfirman:
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ
“…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah”. (QS. Ali Imron: 159)
Syaikh Kamaluddin Muhammad bin Ali Al-Zamalkani berkata, “Apabila seseorang telah melakukan shalat dua rekaat maka hendaklah setelah itu dia bertawakkal, dan berlapang dada atas apa yang menjadi ketentuan-Nya, sebab di dalamnya terdapat kebaikan sekalipun jiwanya tidak tenang dengannya. Kemudian dia melanjutkan: Di dalam hadits ini tidak ada sebuah isyarat yang menunjukkan bahwa adanya perasaan lapang dada sebagai syarat (memilih).
Istikharah tidak hanya dianjurkan dilakukan pada saat seseorang ragu-ragu pada sebuah persoalan, tetapi juga dianjurkan pada saat hendak melakukan sesuatu yang ia sudah bertekad melakukan perkara tersebut. Sebab istikharah itu artinya meminta agar diberikan taufiq, sementara tidak seorangpun yang mengetahui bagaimana hasil sebuah usaha kecuali Allah SWT. Banyak perkara yang diprasangka oleh seseorang yang beristikharah bahwa dia akan memperoleh kebaikan pada suatu  perkara dan ternyata dia bisa, dan banyak perkara yang disangka oleh seseorang bahwa dia mendapat keburukan pada suatu perkara namun justru keselamatannya ada pada perkara itu. Cukuplah bagi kita firman Allah SWT:
وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216).
Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi dalam kitabnya yang berjudul Istikharah menuliskan 6 manfaat berisitkharah, yaitu:
Pertama:  Sebagai bukti bergantungnya seorang hamba kepada Allah Azza Wa Jalla, dan kepasrahan dirinya pada segala urusannya.
Allah SWT berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.   (QS. Al-Syu’ara’: 217-219)
Kedua: Istikharah menambah pahala seseorang dan taqarrubnya kepada Allah SWT, sebab istihkarah mengandung shalat dan do’a. Di dalam sebuah hadits disebutkan: Aku bertanya: Apakah shalat itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: “Sarana pengaduan yang paling baik”.
Ketiga: Istikharah sebagai jalan keluar dari segala kebingungan dan keraguan. Dia sebagai sebab bagi datangnya ketenteraman dan ketenangan pikiran, sebab dengan istikharah berarti dia menyerahkan urusannya kepada Allah SWT yang menguasai segala urusan. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلهِ
Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah".( QS. Ali Imron: 154)
Keempat: Dengan istikharah seseorang akan menadapatkan kebaikan dan terjaga dari yang buruk, sebab apa yang pilihkan oleh Allah SWT bagi hamba -Nya lebih baik dari apa yang dipilih oleh seorang hamba untuk dirinya sendiri, sebab Allah SWT lebih mengetahui tentang kemaslahatan hamba -Nya, Dia Yang Maha Mengetahui tentang perkara-perkara gaib.
Kelima: Dengan beristikharah seseorang akan mendapat keberkahan pada perkara yang akan dijalaninya, dan keberkahan itu tidak mencampuri suatu yang sedikit kecuali dia akan menjadi lebih banyak, dan tidak terdapat pada suatu yang banyak kecuali dia akan bermanfaat, sebagaimana disebutkan di dalam hadits tentang istikharah di atas:                                               
وبارك لي فيه
“dan berikanlah keberkahan bagiku padanya”.
Keenam: Terkadang seseoarang meremehkan suatu perkara karena dianggapnya kecil, padahal mengerjakan atau meninggalkannya akan mendatangkan kemudharatan yang besar, oleh karena itulah istikharah disyari’atkan pada segala perkara.
Tentunya, dengan berbagai usaha di atas, kita sangat berharap datangnya rahmat Allah berupa petunjuk dari-Nya. Sehingga kita tidak termasuk orang yang menyesal karena telah salah memilih. Dan untuk memudahkan datangnya petunjuk Allah ini, maka ada baiknya jika kita sesantiasa memiliki pikiran yang terbuka untuk menerima ide dan gagasan baru, baik ide yang berasal dari diri sendiri maupun ide yang berasal dari orang lain sholeh, berpengalaman, berilmu dan tentunya tulus ikhlas dalam membantu. Semoga kita senantiasa berada dalam rahmat dan petunjuk-Nya. Amin
بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.

####################
Kami membimbing masyarakat yang berada di 12 unit Majelis Taklim setiap pekan dalam Membaca Al Qur'an, Membaca Terjemahnya, dan Mentadabburi Maknanya setiap pertemuan per pekan.

Mari titipkan sedekah jariyah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kepada kami !

Mudah-mudahan menjadi wasilah/sarana bagi kita semua untuk mendapatkan pahala yang akan terus mengalir sepanjang masa.
Istikhoroh, Solusi Buah Simalakama Istikhoroh, Solusi Buah Simalakama Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 7:59 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.