Amal 70 Tahun Dihapus Maksiat 7 Malam

Khutbah Jum'at II Di Masjid Istiqomah Kelurahan Tanjung Batu Timur OI, 15 April 2011

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)

Kaum muslimin, jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Alloh SWT, atas segala kenikmatan yang telah Alloh SWT berikan kepada kita. Sholawat dan salam marilah senantiasa kita sampaikan kepada Rosululloh SAW.

Pada kesempatan yang baik ini, kami mengajak kita semua untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT., agar kita menjadi manusia yang paling mulia di sisi-Nya. Selanjutnya Pada kesempatan yang mulia ini juga marilah kita sejenak mentadabburi nasihat rosulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu, bahwa Rosululloh saw bersabda:

Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian
menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits di atas, Rosululloh Saw mengingatkan 3 hal, yaitu:
1. Tentang proses penciptaan manusia
2. Hendaknya orang yang beriman senantiasa melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan Allah SWT tidak lagi memandang amal ibadahnya sehingga ia gagal untuk memasuki surga.
3. Hendaknya orang-orang yang beriman senantiasa beristighfar dan bertaubat serta bersegera kepada Allah SWT, sebelum ajal menjemput, mengingat bahwa tak seorangpun menngetahui kapan tiba ajalnya. Sehingga ia dapat diperkenankan-Nya memasuki surga.

Saudarku yang dimuliakan Allah SWT
Abu Burdah bin Musa Al-Asy'ari meriwayatkan, bahwa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: "Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sepotong roti."

Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang 70 (tujuh puluh) tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam bujuk rayunya dan akhirnya melakukan hubungan layaknya suami-isteri selama tujuh malam.

Setelah ia sadar, maka ia lalu bertaubat. Kemudian ia pergi meninggalkan tempat ibadahnya, ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil terus mengerjakan solat dan beribadah kepada Allah.

Akhirnya dalam pengembaraannya itu sampailah ia di sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin. Lelaki itu bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, kerana sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh.

Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang rahib yang pada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa potong roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sepotong roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bagian, kerana disangka sebagai orang miskin.

Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bagian roti lalu ia berkata: "Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku."

Orang yang membagikan roti itu menjawab: "Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis."

Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bagian tadi. Keesokan harinya, ternyata orang yang bertaubat itu meninggal dunia.

Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sepotong roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sepotong roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu.

Kepada anaknya Abu Musa berkata: "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu!"

Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah.

Dari kisah di atas, mudah-mudahan sejak saat ini sesmakin kuat kesadaran kita untuk semakin berhati-hati dalam mempergunakan sisa kesempatan hidup yang diberikan Allah ini. Marilah kita senantiasa membaguskan kualitas ibadah kita, dengan melampirkan takut jikalau amal ibadah kita kurang atau tidak bernilai di sisi Allah.

Kita tidak ingin Allah tidak lagi memandang amal ibadah kita hanya karena di akhir kehidupan kita, kita melakukan amalan ahli neraka. Jika setelah bermaksiat, lalu Allah masih memberikan kesempatan untuk bertaubat, Alhamdulillah itu adalah rahmat terbesar, sebagaimana lelaki yang bertaubat dalam kisah di atas. Namun jika Allah tidak memberikan kesempatan untuk bertaubat.... kita akhiri kehidupan ini dengan pengakhiran yang buruk..., maka tentulah kita akan menjadi makhluk yang paling celaka. Na'udzubillah

Kita berharap kepada Allah SWT. Agar kiranya senantiasa memberikan bimbingan dan semangat untuk melaksanakan semua yang diperintahkan dan diperbolehkan-Nya dan perlindungan-Nya kepada kita dari hal-hal yang dibenci-Nya.

Marilah kita lestarikan dan jaga kebaikan & ketaatan yang telah kita ketahui dan fahami selama ini, Jadikanlah ia bagian yang tak terpisahkan dari diri kita, dari anak-anak kita, dari istri-istri kita, tetangga, keluarga dekat maupun jauh, dan orang-orang disekitar kita dimanapun kita berada. Semoga Allah merahmati kita hingga ke surga. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.



Tulisan Sebelumnya:

Solusi Buah Simalakama

Amal 70 Tahun Dihapus Maksiat 7 Malam Amal 70 Tahun Dihapus Maksiat 7 Malam Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 11:03 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.