Sang Pengemban Dakwah UMAT, Ustadz Muttaqin Anang Toha

Sang Pengemban Dakwah UMAT
Ustadz Muttaqin Anang Toha

Oleh Lissya Pramaishella Putri

NIM : 06021281924071



“Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT. akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini.” 

(Imam As Syahid Hasan Al Banna)


UMAT #Ustadz Muttaqin Anang Toha

Tak ada yang mudah dari menanggung jalan dakwah. Tak banyak orang yang memilih dakwah sebagai cita-cita hidupnya. Sepi kita jumpai manusia yang rela berperih hidup demi meniti jalan ini. Ustadz Muttaqin Anang Toha adalah salah satu manusia pilihan Allah yang telah memilih dakwah sebagai nafas kehidupannya. Tiap hari dalam tahun-tahun hidupnya selama ini telah ia abdikan untuk menyampaikan kalam Allah kepada umat-Nya.

Ustadz dengan nama asli Muttaqin ini lahir di Burai, Sumatra Selatan, pada tanggal 31 Agustus 1977 dari pasangan Anang Toha dan Fatmawati. Nama Anang Toha itulah yang hingga kini digunakan beliau dengan hastag #UMAT yang bukan hanya merupakan akronim dari Ustadz Muttaqin Anang Toha, tetapi juga menyiratkan bentuk pengabdiannya dalam menyampaikan dakwah kepada umat.

Selain dikenal sebagai seorang juru dakwah, Ustadz Muttaqin juga berprofesi sebagai ASN atau guru matematika di SMA Negeri 1 Tanjung Batu, sekolah tempat beliau pernah menimba ilmu. Saat SD beliau bersekolah di SDN Burai atau sekarang disebut SDN 2 Tanjung Batu. Beliau melanjutkan pendidikannya ke SMPN 1 Tanjung Batu yang berlokasi tak jauh dari tempat tinggalnya saat ini bersama keluarga, tepatnya di Jl. Merdeka KM. 53, Kabupaten Ogan Ilir.

Pada Desember tahun 2006 beliau menikah dengan Ustadzah Meily Dwi Asmari dan memiliki lima orang keturunan, antara lain M. Syamil Mujahid, Abdullah Nashih Ulwan, Khansa Taqiyya Muwahhidah, Meisya Nusaibah Sholihah, dan Muharrik Abdurrahim Asy Syuraim. Sebagai seorang pendidik dan pendakwah yang sering menjalankan aktivitas di luar rumah, Allah SWT. telah memilihkan istri yang senantiasa mendukungnya menyampaikan pesan kebenaran. Mereka adalah pasangan yang menikah karena Allah dan mendedikasikan hidupnya untuk saling menguatkan satu sama lain.

Sebagai pribadi yang memiliki pengaruh positif di masyarakat, beliau terkenal dengan sifatnya yang rendah hati, memiliki semangat juang tinggi, pekerja keras, serta kesabaran yang luar biasa. Beliau hidup dengan menjalankan motto yang ia pegang teguh, yaitu, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.”

Lulusan Teknik Elektro yang Menjadi Guru Matematika

Tahun 1995, setelah lulus SMA Ustadz Muttaqin muda mengikuti tes UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Universitas Sriwijaya dan diterima di jurusan Teknik Elektro. Di tahun pertama kuliah beliau tinggal di rumah neneknya yang berlokasi di 7 Ulu, Palembang. Setelah dua semester terlewati, anak pertama dari delapan bersaudara ini mulai memikirkan cara agar tidak lagi menambah beban orang tuanya mengenai biaya untuk uang saku, ongkos atau transportasi.

Akhirnya, beliau mencoba mencari kerja di Yayasan Pendidikan Nurul Ula yang berada di Burai, desa tempat tinggal orang tuanya. Kebetulan, kepala sekolah dari yayasan tersebut merupakan keluarga dari pihak sangibu sehingga beliau diizinkan mengajar di bidang studi matematika. Inilah asal muasal mengapa Ustadz Muttaqin yang merupakan lulusan Teknik Elektro kelak nanti menjadi guru matematika di sekolah negeri.

Ustadz Muttaqin biasa mengajar di hari Sabtu atau saat jadwal kuliahnya sedang kosong. Dengan lokasi Yayasan yang berada di Burai beliau pun kembali tinggal bersama orang tuanya. Selama kurang lebih empat tahun mengajar, tibalah masa ketika beliau harus mempersiapkan skripsi untuk kelulusan. Dengan kondisi ekonomi yang sederhana, beliau tidak bisa membeli komputer untuk menulis skripsi. Akhirnya, muncul ide mencari “gratisan” memakaikomputer.

Tahun 2000, Ustadz Muttaqin melamar kerja di SMAN 1 Tanjung Batu dan diterima. Tujuan awalnya adalah agar bisa menumpang mengetik di komputer SMA, belum ada niatan untuk terus mengajar. Sayangnya, karena sibuk mengajar beliau tidak punya kesempatan untuk mengetik skripsi. Saat semester genap, kebetulan di SMA sedang dibutukan seorang penjaga malam, lagi-lagi Ustadz Muttaqin pun mencari peruntungan diri. Alhamdulillah, beliau diterima sebagai penjaga malam sehingga setiap sore atau saat malam dapat dimanfaatkan untuk mengetik tugas skripsinya sampai beliau lulus. Bahkan, dalam menyusun skripsinya ini pun, beliau menggunakan laboratorium yang ada di SMA untuk penelitian.

Bentuk perjuangan lain Ustadz Muttaqin dalam menimba ilmu adalah dengan memanfaatkan waktunya pergi ke berbagai perpustakaan atau toko buku di kampus atau di Palembang. Demi menghemat pengeluaran, beliau rela tidak membeli buku dan berjalan dari rumah neneknya ke Gramedia atau lokasi lain untuk diam-diam mencatat materi kuliah dari buku-buku yang disediakan. Untuk menghindari kecurigaan pegawai toko, beliau biasanya berpindah dari bagian khusus buku teknik ke buku anak-anak dan seterusnya sampai selesai mencatat materi yang diperlukan.

Sebagai lulusan Teknik Elektro, Ustadz Muttaqin masih bercita-cita ingin bekerja di perusahaan yang berhubungan dengan jurusannya ini. Sembari menunggu kabar dari berbagai perusahaan tempat beliau mendaftarkan diri, ia tetap meneruskan pekerjaannya mengajar di SMAN 1 Tanjung Batu. Tak terasa, waktu telah banyak berlalu, akan tetapi Allah tidak menggariskan takdir agar beliau bekerja di tempat yang diinginkannya. Akhirnya, beliau memutuskan untuk mengikuti tes CPNS. Sayang, dengan latar belakangnya yang merupakan lulusan Teknik Elektro, beliau selalu kalah bersaing dengan pendaftar lain.

Tahun 2006, beliau mencari peluang baru dengan mendaftar di Akta IV Universitas Terbuka dan diterima hingga mendapat sertifikasi pendidik. Tahun 2012 beliau lulus seleksi honorer tingkat 2 dan akhirnya terus mengajar sampai hari ini. Dengan semangat menimba ilmu yang tinggi, sekaligus ingin menghilangkan keheranan orang lain tentangnya yang merupakan Sarjana Teknik tetapi menjadi guru, beliau memutuskan untuk melanjutkan S2 di Manajemen Pendidikan Pascasarjana PGRI, dan sekarang sedang menempuh semester dua.

Pejuang di Siang Hari, Rahib di kalaMalam

Dalam hidup Ustadz Muttaqin, tak ada hari tanpa mendidik dan berdakwah.Awal mula beliau berkecimpung dalam dunia dakwah adalah sejak diajak mengikuti pesantren kilat kampus oleh mahasiswa MIPA Universitas Sriwijaya yang sekarang menjadi ustadz di Raudhatul Ulum (RU), yakni Ustadz Salamuddin pada tahun 1997/1998.Meski bukan termasuk aktivis kampus dikarenakan kesibukannya dalam mengajar, Ustadz Muttaqin sering mengikuti kegiatan dakwah sampai ia lulus kuliah, meski hanya sebagai peserta biasa.

Kala itu, tepatnya pada tahun 2000, di SMAN 1 Tanjung Batu sudah terbentuk mentoring Rohis meski belum secara resmi berdiri. Ustadz Askweni (sekarang anggota DPRD Provinsi Sumsel) yang dulu mengisi Rohis di sana menyerahkan pembinaan Rohis kepada Ustadz Muttaqin yang sudah mengajar di SMA. Melalui kepemimpinan beliau, Rohis pun ditetapkan sebagai esktrakulikuler yang resmi dan dibentuklah kepengurusan yang pertama. Beliau pun menjadi pembina Rohis yang resmi dan berlanjut sampai saat ini.

Amanah dakwah lain yang dipegang Ustadz Muttaqin Anang Toha adalah sebagai pemimpin dari Yayasan Tarbiyah Syamilah yang terbentuk pada tahun 2006 sebelum beliau menikah dengan Ustadzah Meily Dwi Asmari. Pada mulanya, majelis ini dipimpin oleh Ustadz Asyhadi, ustadz dari RU yang harus pindah ke Aceh karena pekerjaannya. Ustadz Asyahadi lalu menitipkan 30 anggota pengajiannya yang berada di Rengas kepada Ustadz Muttaqin. Awalnya, beliau menolak permintaan ini. Beliau merasa dirinya belum mampu sebab ia bukan berasal dari sekolah berbasis agama dan hanya memiliki pengalaman mengisi kegiatan mentoring anak-anak SMA.

Di sinilah Allah telah menakdirkan suatu jalan hidup yang luar biasa berkah sekaligus berat kepada beliau. Pada tahun 2008 jumlah unit dan anggota majelis ini semakin bertambah banyak. Sampai sekarang sudah berdiri 23 unit pengajian yang tersebar di seluruh Kabupaten Ogan Ilir, mulai dari Rengas, Tanjung Batu, Tanjung Atap, Payaraman, Tanjung Raja, Indralaya, Rambang Kuang, dll.Pada tahun 2018, majelis ini diresmikan menjadi badan hukum, yakni Yayasan Tarbiyah Syamilah yang berfokus pada kegiatan tadabbur dan memperbaiki bacaan al-Qur’an, serta santunan kaum duafa dan anak yatim piatu.

Berikut adalah profesi/jabatan/organisasi yang aktif diikuti beliau sampai sekarang:

ASN atau Guru SMA

Ketua Yayasan Tarbiyah Syamilah

Ketua DPD Ittihadul Muballighin Ogan Ilir

Kabid Humas Lembaga Pembinaan Rumah Tahfidz Ogan Ilir

Anggota Corp Da’i Dompet Dhuafa Sumatra Selatan

Koordinator Pembina Rohis

Owner UmrohSamo_UMAT (Perwakilan Zafatour)

Owner #UMAT_Gold (Distributor Minigold)

Penulis Buku Abi M@M Hebat (Aku Bisa Membaca dan Menulis)

Dengan amanah yang begitu besar ini, Qur’an surah al-‘Asr menjadi pengalaman spiritual yang membuat beliau selalu bersemangat mengerjakan kebajikan dengan menebar nasihat dan kesabaran kepada umat. Kala itu, pada tahun 2003, Ustadz Muttaqin pernah bermimpi nenek beliau wafat dan dari kuburnya keluar kobaran api. Api tersebut tidak bisa padam meski sudah disiram air berkali-kali. Ketika beliau membaca QS. Al-‘Asr ayat satu sampai tiga barulah api tersebut padam dengan sendirinya.

Bagi Ustadz Muttaqin, semua amanah yang ia tanggung bisa dikerjakan asal dengan tekad yang kuat, manajemen waktu, dan senantiasa istiqomah menjalankannya. Pergantian dari satu urusan ke urusan lain itulah yang beliau anggap sebagai waktu istirahat bagi beliau. “Fa idzaa faroghta fanshob”, jika kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain. Qur’an surahal-Insyirah ayat tujuh tersebut menjadi pedoman yang dipegang beliau agar tetap bersemangat dalam menjalankan amanah Allah ini.

Dengan semua pencapaian yang telah beliau raih, bagi Ustadz Muttaqin, cita-cita hidupnya yang belum terwujud hingga hari ini adalah bisa pergi haji serta melihat anak-anaknya sukses saat dewasa kelak. Beliau selalu berdoa akan diberi kesempatan umur, rezeki, dan kesehatan agar mewujudkan itu semua.

Suka Duka Perjalanan Dakwah

Bagi para pendakwah di bumi Allah, kisah perjuangan Rasulullah saw. menjadi motivasi besar yang membuat mereka terus bertahan menghadapi segala bentuk rintangan dan cobaan, baik dari segi fisik maupun psikis. Banyak suka dan duka yang dirasakan Ustadz Muttaqin dalam mengarungi jalan dakwah ini. Pernah, sewaktu mengisi pengajian yang diadakan malam hari di Rengas, hujan tiba-tiba turun sehingga beliau kesulitan pulang ke rumahnya yang berada jauh di Tanjung Batu. Beliau pun harus menunggu hujan reda dan baru sampai ke rumah pukul satu malam.

Saat membina Rohis, ada banyak cobaan yang menimpa beliau dan anggota Rohis di SMA. Sekitar tahun 2002, ada angkatan Rohis yang pernah mendapat intimidasi dari pihak sekolah ataupun kawan seangkatan mereka karena adanya keinginan untuk mengubah tradisi orkes saat perpisahan menjadi acara tausiah. Pernah pula, di SMA kedatangan anggota DPRD yang mewakili aspirasi anggota akhwat Rohis yang menolak melakukan foto ijazah yang harus memperlihatkan telinga. Ustadz Muttaqin sampai dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk ditanyai perihal masalah yang bagi sekolah dirasa sepele, tapi dianggap berlebihan bagi anggota Rohis. 

Dengan berbekal sebuah buku tentang jilbab, Ustadz Muttaqin menjelaskan bahwa bagi mereka yang paham tentang menutup aurat, maka perihal jilbab adalah hal yang sangat prinsip dan harus diperjuangkan. Akhirnya, buku itu pun beliau berikan kepada kepala sekolah dan peraturan tentang harus memperlihatkan telinga di foto ijazah ini dicabut sampai saat ini. Semenjak kejadian itu, Ustadz Muttaqin sering dipanggil ke kantor kepala sekolah, tetapi dengan alasan yang positif. Beliau beberapa kali diminta menuliskan huruf latin dari ayat al-Qur’an karena sang kepsek belum terlalu fasih membaca tulisan Arab.

Selain itu, pernah seringkali saat mentoring Rohis dimulai, Ustadz Muttaqin tidak sempat makan siang karena harus langsung mengisi mentoring setelah mengajar. Syukurnya, saat ini istri beliau, yakni Ustadzah Meily telah banyak mengambil alih peran di lapangan dalam mengurus Rohis SMA dengan dibantu oleh rekan beliau yang lain, seperti Abi Aeesha, Umi Zaharo, serta beberapa alumni Rohis yang sebelumnya.

Sampai saat ini, Rohis sudah diterima cukup baik di sekolah, bahkan telah menjadi ekstrakulikuler yang sangat aktif. Meski begitu, terkadang masih ada beberapa cobaan yang harus beliau dan anggota Rohis hadapi. Pada 2018, beberapa anggota Rohis pernah mendapat caci maki karena banyak dari mereka yang memakai jilbab panjang ke sekolah, suatu hal yang dulu belum lazim dilakukan di masa itu. Alhamdulillah, dengan adanya koneksi kepada Ustadz Askweni (anggota DPRD Provinsi sekaligus pembina Rohis yang pertama), Rohis SMANTABA bisa tetap bertahan hingga hari ini dan tidak pernah dihapuskan.

Jalan Dakwah Tak Pernah Usai

Ada begitu banyak peran yang telah dilakukan Ustadz Muttaqin yang memberi warna baru bagi kehidupan orang lain di sekitarnya. Bagi mereka muslim sejati, istirahat yang sesungguhnya adalah ketika mereka telah menggapai surga dan terlepas dari segala beban duniawi. Semua pengorbanan yang telah dikerahkan dalam jalan dakwah ini hanyalah bentuk pengabdian seorang hamba yang menjalankan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dengan semangat juang yang tinggi serta kesabaran luar biasa, Ustadz Muttaqin telah menebar banyak manfaat kepada umat serta hidup sesuai arti dari namanya, Muttaqin, yaitu orang yang bertakwa.

Ogan Ilir, 3 September 2020

Sang Pengemban Dakwah UMAT, Ustadz Muttaqin Anang Toha Sang Pengemban Dakwah UMAT, Ustadz Muttaqin Anang Toha Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 11:13 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.