TAULADANI ROSUL SELAMA RAMADHAN

TAULADANI ROSUL SELAMA RAMADHAN
Oleh MUTTAQIN Anang Toha


Disampaikan dalam Kajian Online PM.I 03 Nanda
dan Pengajian  Tarbiyah Syamilah Ogan Ilir


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحدلله رب العالمين
الصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلام

Alhamdulillah, tak terasa kita sekarang sudah berada hari-hari akhir bulan Sya'ban. Itu berarti, tak lama lagi Ramadhan akan segera kita masuki.

Semoga Allah memberkahi kita di bulan Rajab dan Sya'ban dan menyampaikan kita ke bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan tahun ini menjadi ramadhan paling istimewa untuk kita semua.

Ikhwatifillah rohimakumullah!

Suatu hari Rasulullah, saw. menaiki mimbar (untuk berkhutbah).

Ketika menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan "aamin".

Begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga.

Seusai shalat para sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan, aamin?

Lalu beliau menjawab, malaikat Jibril datang dan berkata:

"Kecewa dan merugilah seseorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucapkan shalawat atasmu". Lalu aku berucap aamiin.

Kemudian malaikat berkata lagi,

"Kecewa dan merugilah orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga". Lalu aku mengucapkan aamiin.

Kemudian katanya lagi,

"Kecewa dan merugilah orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya". Lalu aku mengucapkan aamiin.

Hadits itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Ikhwatifillah,
Marilah kita jadikan hadits di atas sebagai motivator kita untuk menguatkan 'azzam (tekad) kita untuk memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan yang akan datang.

Hadits di atas mari kita jadikan sebagai peringatan utama kita, bahwa kita tak ingin menjadi orang yang *kecewa dan merugi*, tapi kita ingin menjadi orang yang paling beruntung.

Lalu bagaimana caranya, agar kita dapat terhindar dari kekecewaan dan kerugian?

Tentu saja jawabannya adalah kita harus  memaksimalkan ibadah kita di bulan mulia itu, yaitu dengan mencontoh dan mengikuti Rasulullah, saw dalam melaksanakan berbagai amaliyah di bulan Ramadhan dengan keikhlashan untuk mengharap ridho Allah, swt.

Mengikuti petunjuk Nabi saw yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal yang sangat utama, terlebih pada bulan Ramadhan.

Karena amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan mengikuti atau tidak bertentangan dengan petunjuk Rasulullah, Saw.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اِنَّمَا الاَعمَالُ بِالنِّيَّةِ, واِنَّمَا لاِمرِئٍ مَانَوَا, كَانَتْ فَمَنْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ  فَهِجْرَتُهُ  إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ  إِلَى دُنْيَا  يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ  يَتَزَوَّجُهَا ،  فَهِجْرَتُهُ  إِلَى  مَا هَاجَرَ  إِلَيْهِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkanBarangsiapa yang berhijrah karena  Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita) (HR. Bukhari dan Muslim)

  مَنْ  عَمِلَ  عَمَلاً  لَيْسَ عَلَيْهِ  أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ      

Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)

Ibarat seekor burung, keduanya (ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasul) ibarat dua sayap. Seekor burung tidak bisa terbang dengan menggunakan satu sayap.

Melalui wasilah ini, saya mengajak kita semua, marilah kita berusaha untuk mempelajari prilaku Rasulullah, Saw. di bulan Ramadhân agar kita bisa meneladaninya. Mudah-mudahan selain menjadikan Ramadhan kita sempurna tetapi juga kelak menjadi wasilah kita dapat berjumpa dengan beliau di akhirat.

Berikut beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasulullah saw pada bulan Ramadhan yang saya kutip dari berbagai sumber:

1. Rasulullah, SAW tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya’bân menjadi tiga puluh.

2.  Berita tentang terbitnya hilal tetap beliau saw terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima.

3. Rasulullah, SAW melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, beliau saw melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya’bân)

4. Rasulullah, SAW berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar dan beliau, Saw menyuruh umatnya untuk melakukan hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunnah.

5.  Beliau saw tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ

 “Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. [QS. Al-Baqarah :187]

6.  Beliau, saw menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.

7.  Jarak antara sahur Rasulullah, SAW dan iqamah seukuran bacaan lima puluh ayat

8. Rasulullah, SAW memiliki akhlak yang sangat mulia dan sangat menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia lebih-lebih di bulan yang penuh kemuliaan, Ramadhan. 

     Rasulullah, SAW bersabda :

مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيسَ لِلَّهِ حَاجَةُ فيِ اَن يَدَعَ طَعَامَهُ يَدَعَ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya sama sekali”.

9.  Rasulullah, SAW sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan Ramadhân, kebaikan beliau saw kepada keluarga semakin meningkat lagi.

10. Puasa tidak menghalangi beliau untuk bersikap romantis kepada para istrinya. Dan, Beliau saw adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.

11. Beliau saw tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun di luar Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh Azza wa Jalla.

12. Rasulullah, SAW pernah berbekam padahal beliau sedang menunaikan ibadah puasa. Dan, Beliau membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang berpuasa.

13. Rasulullah, SAW pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan membolehkan para shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan dengan musuh. Beliau juga membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan oranng yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan puasanya.

14. Rasulullah, SAW lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr.

15. Rasulullah, SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada tahun menjelang wafat, beliau saw beri’tikaf selama dua puluh hari pada Ramadhan terakhir beliau.

16. Ramadhân adalah syahrul Qur’ân (bulan al-Qur’ân), sehingga tadarus al-Qur’ân menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau dalam tadarus al-Qur’ân. Malaikat Jibril Alaihissallam senantiasa datang menemui beliau untuk tadarus al-Qur’ân dengan Rasûlullâh saw.



17. Rasulullah, SAW adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau di bulan Ramadhân tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali.

18. Rasulullah, SAW adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau saw jalankan tidak menyurutkan semangat beliau untuk andil dalam berbagai peperangan. Dalam rentang waktu sembilan tahun, beliau mengikuti enam pertempuran, semuanya terjadi pada bulan Ramadhân. Beliau juga melakukan berbagai kegiatan fisik pada bulan Ramadhân, seperti penghancuran masjid dhirâr, penghancuran berhala-berhala milik orang Arab, penyambutan duta-duta, penaklukan kota Makkah, bahkan pernikahan beliau dengan Hafshah.



 Intinya, Ikhwatifillah Rahimakumullah

Pada masa hidup Rasûlullâh saw, bulan Ramadhân merupakan bulan yang penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan.

Semoga Allâh swt memberikan taufik dan hidayah kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasûlullâh saw, hidup di atas sunnah beloau dan semoga Allah swt mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasûlullâh saw. Aamiin.

Jazakumullah khoiron katsiro atas perhatian saudara-saudaraku rahimakumullah sekalian. Semoga pertemuan kita dalam majelis mulia ini menjadi sebab Allah menurunkan Rahmat dan Berkah-Nya.

Selamat memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Semoga Allah selalu memberikan kita kemudahan dan pada akhirnya menjadikan kita orang yang kembali fitrah dan memperoleh kemenangan yang besar.

Mohon maaf lahir dan bathin.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)


بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.



TAULADANI ROSUL SELAMA RAMADHAN TAULADANI ROSUL SELAMA RAMADHAN Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 12:50 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.