Disampaikan oleh
Ustadz Muttaqin Anang Toha
Dalam Pengajian RMT. Tarbiyah Syamilah
Bersin, Sendawa, Menguap, dan Kentut termasuk aktivitas yang hampir setiap hari terjadi pada diri kita atau minimal kita melihat orang lain melakukannya. Termasuk keistimewaan syari’at Islam yang mulia adalah tidak satupun aktivitas seorang manusia melainkan telah ada petunjuk dan aturannya di dalam ajaran islam.
Berikut ini akan disajikan sebuah tulisan yang dirangkum dari berbagai sumber terkait asal-usul, faktor penyebab dan beberapa adab islami terkait keempat aktivitas tersebut.
Semoga dengan mempraktekkan adab-adab syar’i tersebut dapat menjadi tambahan kebaikan bagi kita semua.
MENGUAP
Menguap adalah sebuah gerakan refleks
menarik dan menghembuskan napas yang sering terjadi saat seseorang
merasa letih atau mengantuk. Belum diketahui sebab mengapa orang-orang
menguap, namun seringkali dikatakan bahwa penyebabnya adalah jumlah
oksigen di paru-paru yang rendah.
Menguap mudah sekali menular – 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya.
Menguap mudah sekali menular – 55% orang-orang yang melihat seseorang menguap akan turut menguap dalam waktu lima menit berikutnya.
Para dokter di zaman sekarang
mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh
orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ
pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal
ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang
sedang menghadapi kematian.
Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut. Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Berikut ini beberapa Hadits Nabawi yang menjelaskan tentang hakikat dari menguap dan beberapa adab yang berkaitan dengannya.
Allah mencintai Bersin dan Membenci Menguap
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ
وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ
مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin
dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin
lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang
mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah).
Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya
hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan
‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994).
Allah membenci menguap karena menguap
adalah aktivitas yang membuat seseorang banyak makan, yang pada akhirnya
membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang
dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi
tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas
yang dibenci oleh Allah.
Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam
Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas
dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa
bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan
tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap.
Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat
untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa
menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan
orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)
Menutup mulut ketika menguap
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)
Ketika seseorang ingin menguap hendaknya
ia menutup mulutnya dengan tangan kiri, karena menguap adalah salah
satu perbuatan yang buruk.
Tidak ada bacaan dzikir khusus yang dibaca ketika menguap
Syaikh Sulaiman al-Majid menegaskan,
ولا نعلم في
السنة ذكراً أو دعاء يقال عند التثاؤب، وأما ما اشتهر عند بعض العلماء
وكثير من الناس من مشروعة الاستعاذة عن التثاؤب استدلالا من قوله تعالى :
“وإما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله ” والنبي صلى الله عليه وسلم
أخبر أن التثاؤب من الشيطان ، فهذا استدلال في غير محله
“Dan kami tidak mengetahui adanya sunah
yang mengajarkan dzikir atau doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika
menguap. Adapun yang banyak tersebar menurut sebagian ulama dan
kebanyakan masyarakat, bahwa ketika menguap dianjurkan untuk membaca
ta’awudz, berdalil dengan firman Allah, yang artinya: ‘Apabila setan mengganggumu maka mintalah perlindungan kepada Allah.’ Sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa menguap itu dari setan. Pendalilan semacam ini, tidak pada tempatnya.
Beliau menyebutkan alasan,
، فإن الذي
أخبر بأن التثاؤب من الشيطان لم يشرع لنا إلا الكظم ووضع اليد على الفم .
ولو كانت الاستعاذة مشروعة لذكرها عليه الصلاة والسلام . والله أعلم.
“Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mengabarkan kepada kita bahwa menguap itu dari setan, beliau tidak
mengajarkan kepada kita (untuk membaca ta’awudz), selain perintah untuk
menahan dan meletakkan tangan di mulut. Sehingga, andaikan ta’awudz
(ketika menguap) disyariatkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menyebutkannya.”
Mengguap di dalam Shalat
Hadits tentang menguap berasal dari setan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan lafazh:
التَّثَاؤُبُ فِي الصَّلاةِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ
“Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya.”
Al-Imam Malik rahimahullah berkata:
“Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika shalat sampai selesai menguap.
Jika menguap ketika sedang membaca bacaan shalat, kalau dia memahami
apa yang dibaca, maka hukumnya makruh namun sudah mencukupi baginya
(bacaan dia). Tetapi jika tidak memahaminya, maka dia harus mengulangi
bacaannya, dan jika tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah
surat Al-Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah shalatnya), dan
kalau selain Al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (shalatnya sah).”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan:
“Pasal tentang beberapa masalah yang
langka di tengah-tengah umat namun sangat butuh untuk dijelaskan kepada
mereka, adalah di antaranya:
Seorang yang menguap ketika shalat, dia
harus menghentikan bacaan shalatnya sampai menguapnya selesai, kemudian
melanjutkan bacaannya. Ini adalah perkataan Mujahid, dan ini ucapan yang bagus,
ditunjukkan oleh riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا تثاءب أحدكم فليمسك بيده على فمه فإن الشيطان يدخل
“Jika salah seorang di antara kalian
menguap, hendaknya dia tahan mulutnya dengan tangannya, karena setan
berupaya untuk masuk.” (HR. Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
mengatakan : “Dan di antara yang diperintahkan bagi orang yang menguap
adalah: jika sedang shalat, maka dia harus menghentikan bacaannya sampai
menguapnya selesai, agar bacaannya tidak berubah. Pendapat yang seperti
ini disandarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid, ‘Ikrimah, dan para
tabi’in.
BERSIN
“Bersin adalah lawan dari menguap yaitu
keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang:
hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin
ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di
udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau
mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan.
Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh.
Dan setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap.
Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh.
Dan setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap.
Beberapa hadits Nabawi berkaitan dengan masalah Bersin
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ
وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ
مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
“Sesungguhnya Allah menyukai bersin
dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin
lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang
mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah).
Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya
hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan
‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah
agar membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا عَطَسَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ
صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, “alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, “yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata ‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no. 6224 dan Muslim no. 5033)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ
“Bila salah seorang dari kalian
bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji
Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992). Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى
وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4755)
Ketika Bersin Hendaknya Kita…
- Merendahkan suara.
- Menutup mulut dan wajah.
- Tidak memalingkan leher.
- Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.
Macam-Macam Bacaan yang Dapat Kita Amalkan Ketika Bersin
- Alhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah).
- Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).
- Alhamdulillah ‘ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan)
- Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan ‘alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa” (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami).
Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan “alhamdullillah,” maka kita wajib mendoakannya dengan membaca “yarhamukallah” (semoga Allah merahmatimu).
Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah.”
Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan “alhamdullillah.”
Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah satu doa sebagai berikut:
- Yahdikumullah wa yushlih baalakum (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian).
- Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian semua).
- Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni kalian semua).
- Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni kalian).
- Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah (semoga Allah menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat kepada kamu sekalian).
- Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kepada kalian semua).
Kita tidak perlu bertasymit ketika:
- Ada seseorang yang bersin, dan dia tidak mengucapkan hamdalah.
- Ada seseorang yang bersin lebih dari tiga kali. Jika seseorang bersin lebih dari tiga kali, maka orang tersebut dikategorikan terserang influenza. Kita pun tidak disyariatkan untuk mendoakannya, kecuali doa kesembuhan.
- Ada seseorang membenci tasymit.
- Seseorang yang bersin itu bukan beragama Islam. Walaupun orang tersebut mengucapkan hamdalah, kita tetap tidak diperbolehkan untuk ber-tasymit, karena seorang muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang kafir. Jika orang kafir tersebut mengucapkan alhamdulillah, kita jawab “Yahdikumullah wa yushlih baalakum“
- Seseorang yang bersin bertepatan dengan khutbah jumat. Cukup bagi yang bersin saja untuk mengucapkan hamdalah tanpa ada yang ber-tasymit, karena ketika khutbah jum’at seorang muslim wajib untuk diam. Begitu pula ketika shalat wajib (shalat fardhu) sedang didirikan, tidak ada keharusan bagi kita untuk ber-tasymit.
- Kita berada ditempat yang terlarang untuk mengucapkan kalamullah, seperti di dalam toilet.
SENDAWA
Sendawa dapat terjadi karena adanya
pelepasan gas-gas yang berasal dari saluran pencernaan, terutama
kerongkongan dan perut, melalui mulut. Gas-gas dalam saluran pencernaan
ini paling sering disebabkan oleh karena kita turut menelan udara
(aerophagia) ketika sedang makan atau minum, terutama ketika menelan
makanan atau minuman dengan terlalu cepat.
Sendawa akan lebih parah ketika anda membiarkan mulut anda terbuka lebar untuk bersendawa, karena akan ada lebih banyak udara yang tertelan, sehingga dapat menyebabkan sendawa yang berulang. Suara sendawa yang khas dikarenakan getaran dari katup esofagus bagian atas ketika gas-gas yang dikeluarkan melewati katup tersebut.
Sendawa akan lebih parah ketika anda membiarkan mulut anda terbuka lebar untuk bersendawa, karena akan ada lebih banyak udara yang tertelan, sehingga dapat menyebabkan sendawa yang berulang. Suara sendawa yang khas dikarenakan getaran dari katup esofagus bagian atas ketika gas-gas yang dikeluarkan melewati katup tersebut.
Proses Terjadinya Sendawa
Sendawa membutuhkan koordinasi dari beberapa aktifitas berikut ini:
- Turunnya otot diafragma, sehingga meningkatkan tekanan abdominal dan menurunkan tekanan di dada.
- Perubahan tekanan ini membuat udara mengalir dari abdomen di perut ke kerongkongan di dada.
- Terbukanya katup esofagus bagian bawah, sehingga udara dapat lewat dari perut menuju ke kerongkongan.
- Menutupnya laring, sehingga cairan atau makanan yang mungkin kembali bersama dengan udara dari perut tidak akan masuk ke paru-paru.
- Menutupnya laring juga akan melemaskan katup esofagus bagian atas sehingga udara bisa lewat lebih mudah dari kerongkongan ke dalam tenggorokan.
Faktor penyebab sendawa
- Makanan dan Minuman
- Kegelisahan
- Kebiasaan
- Obat-Obatan dan Penyakit
Hukum Sendawa Ketika Shalat
Dalam kasus sendawa ketika shalat, ulama
hanafiyah membedakan antara sendawa yang bisa ditahan dan sendawa yang
tidak bisa ditahan, dan antara sendawa yang keluar suara dan sendawa
tanpa keluar suara.
Jika sendawa itu bersuara, dan bisa
ditahan, namun dikeluarkan oleh orang yang shalat, maka menurut Abu
Hanifah dan Muhammad bin Hasan as-Syaibani (murid senior Abu Hanifah) membatalkan sholat.
Dalam Durar al-Hukkam Syarh Gharar al-Ahkam dinyatakan,
Dalam Durar al-Hukkam Syarh Gharar al-Ahkam dinyatakan,
وَأَمَّا
الْجُشَاءُ فَإِنَّهُ حَصَلَ بِهِ حُرُوفٌ وَلَمْ يَكُنْ مَدْفُوعًا
إلَيْهِ يَقْطَعُ عِنْدَهُمَا ، وَإِنْ كَانَ مَدْفُوعًا إلَيْهِ لَا
يَقْطَعُ، كَذَا فِي الْكَافِي
Untuk sendawa, biasanya keluar suara
(huruf), dan bisa ditahan maka membatalkan shalat menurut kedua imam Abu
Hanifah dan Muhammad bin Hasan. Namun jika tidak bisa ditahan, tidak
membatalkan shalat. Demikian kesimpulan dalam kitab al-Kafi. (Durar
al-Hukkam, 1/448).
Sementara dalam madzhab Malikiyah, mereka menyamakan hukum sendawa dengan berdehem. Al-Ujhuri mengatakan,
وَيَنْبَغِي أَنَّ الْجُشَاءَ وَالتَّنَخُّمَ كَالتَّنَحْنُحِ فِي أَحْكَامِهِ
”Yang jelas, sendawa dan keluar dahak, hukumnya sama dengan berdehem.” (al-Fawakih ad-Dawani, 3/15).
Kemudian mereka menjelaskan, jika
sendawa itu tidak bisa ditahan, tidak membatalkan shalat dan tidak perlu
sujud sahwi. Namun jika bisa ditahan, ada dua pendapat. Dan pendapat
yang paling kuat dalam madzhab Maliki, bahwa sendawa bisa membatalkan
shalat jika sendawa itu dilakukan karena sengaja dan main-main.
(al-Fawakih ad-Dawani ‘ala risalah al-Qoiruwani, 3/15).
KENTUT
Kentut (Flatulensi) adalah keluarnya gas melalui anus atau dubur akibat akumulasi gas di dalam perut (terutama dari usus
besar atau kolon). Peristiwa keluarnya gas disebut juga kentut atau
sering disebut juga buang angin. Kentut biasanya ditandai dengan rasa
mulas di perut.
Dan biasanya berbau busuk. Ini sering menjadi pertanda kalau seseorang:
- Kelebihan makan makanan tertentu.
- Ingin buang air besar.
- Mengalami efek samping obat-obatan tertentu.
- Menderita konstipasi atau sembelit.
- Sedang masuk angin.
Penjelasan lebih lanjut terkait flatulensi (kentut) :
Dilarang menertawakan Kentut
Diantara adab dalam islam yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah tidak menghina keadaan orang lain, yang dirinya sendiri juga
melakukannya.
Kentut adalah bagian dari rangkaian metabolisme tubuh manusia. Sehingga semua orang yang normal mengalaminya.
Untuk itu, ketika kita mendengar ada orang yang kentut, kita dilarang menertawakannya. Karena kita sendiripun pernah mengalaminya.
Kentut adalah bagian dari rangkaian metabolisme tubuh manusia. Sehingga semua orang yang normal mengalaminya.
Untuk itu, ketika kita mendengar ada orang yang kentut, kita dilarang menertawakannya. Karena kita sendiripun pernah mengalaminya.
Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah radhiyallahu ‘anhu,
Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan khutbah. Beliau menceritakan tentang kisah onta Nabi
Sholeh yang disembelih kaumnya yang membangkang. Beliau menafsirkan
firman Allah di surat as-Syams. Kemudian beliau menasehati agar bersikap
lembut dengan wanita, dan tidak boleh memukulnya.
Kemudian beliau menasehati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.
إِلَامَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ؟
“Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR. Bukhari 4942 dan Muslim 2855).
Menertawakan Kentut Kebiasaan Jahiliyah
Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan,
وكانوا في الجاهلية إذا وقع ذلك من أحد منهم في مجلس يضحكون فنهاهم عن ذلك
“Dulu mereka (para sahabat) di masa
jahiliyah, apabila ada salah satu peserta majlis yang kentut, mereka
pada tertawa. Kemudian beliau melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi,
9/189).
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
الإنسان إنما
يضحك ويتعجب من شيء لا يقع منه، أما ما يقع منه؛ فإنه لا ينبغي أن يضحك
منه، ولهذا عاتب النبي صلى الله عليه وسلم من يضحكون من الضرطة؛ لأن هذا
شيء يخرج منهم، وهو عادة عند كثير من الناس.
Umumnya orang akan menertawakan dan
terheran dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi pada dirinya.
Sementara sesuatu yang juga dialami dirinya, tidak selayaknya dia
menertawakannya. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencela orang yang menertawakan kentut. Karena kentut juga mereka alami.
Dan semacam ini (menertawakan kentut) termasuk adat banyak masyarakat.
(Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).
Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah,
وفي هذا إشارة إلى أن الإنسان لا ينبغي له أن يعيب غيره فيما يفعله هو بنفسه
Ini merupakan isyarat bahwa tidak
sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang
kita juga biasa mengalaminya. Maroji’ : syarh riyadlush sholihin, (Syarh
Riyadhus Sholihin, 3/120).
Kentut termasuk pembatal Wudhu’ dan Sholat seseorang
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – « لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى
يَتَوَضَّأَ » . قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا
هُرَيْرَةَ قَالَ فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ
“Shalat seseorang yang berhadats tidak akan diterima sampai ia berwudhu.” Lalu ada orang dari Hadhromaut mengatakan, “Apa yang dimaksud hadats, wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah pun menjawab,
فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ
“Di antaranya adalah kentut tanpa suara atau kentut dengan suara.”[HR. Bukhari no. 135] Para ulama pun sepakat bahwa kentut termasuk pembatal wudhu.[Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/128]
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- memberi fatwa kepada seseorang yang ragu apakah dia kentut dalam shalat ataukah tidak, “Jangan dia memutuskan shalatnya sampai dia mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid)
Demikian apa yang dapat kami sajikan, semoga ada manfaatnya. Wallahu a’lam.
Sumber : http://abangdani.wordpress.com/2013/09/24/menguap-bersin-sendawa-dan-kentut/
Menguap, Bersin, Sendawa dan Kentut
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
5:13 AM
Rating:
No comments: