SELAMAT MENGHADAP ALLAH

SELAMAT MENGHADAP ALLAH

Oleh Ustadz MUTTAQIN Anang Toha

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya serta memhon ampunan-Nya dan memohon petunjuk dari-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri kita, dan dari keburukan amal-amal kita. Karena barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang dibiarkan-Nya sesat maka tidak ada petunjuk baginya. Kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan kita bersaksi bahwa Muhammad, saw adalah hamba dan utusan-Nya, Ya Allah berkahilah junjungan kami Muhammad, saw beserta keluarganya, dan para sahabat-Nya serta orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari kiamat.

Kemudian selanjutnya, wahai sekalian hamba-hamba Allah, saya berwasiat untuk diri saya dan juga untuk sekalian para jama’ah yang hadir, marilah kita bertakwa kepada Allah, karena kemenangan, kemuliaan, keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan di dalam surga hanya akan diberikan kepada orang-orang bertakwa, sebagaimana Firman Allah di dalam Al Qur’an:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. 

Oleh karena itu marilah kita menjadi orang yang bertakwa sampai maut menjemput, demikianlah yang Allah kehendaki dengan Firman-Nya,

يَاايُّهَا الَّذِينَ أَمَنُوا اتقوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Bagi kita orang-orang yang beriman, setiap perkataan, perbuatan, persetujuan dan gerak gerik Rasulullah, saw yang sampai kepada kita melalui penyampaian yang benar merupakan petunjuk dan panduan untuk dicontoh, diambil pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan kita, karena apa yang nampak pada diri beliau, yang diucapkan, yang terjadi dan dialami beliau selalu dalam bimbingan wahyu Allah, swt. 

Salah satu peristiwa penuh hikmah bagi ummat Rasulullah, saw sampai akhir zaman adalah apa yang dialami beliau pada 1448 tahun lalu, yaitu kita beliau, saw diperjalankan oleh Allah, swt pada suatu malam tanggal 27 Rajab 1 tahun 5 bulan 3 hari sebelum beliau hijrah ke Madinah, yang kita kenal dengan perjalanan Isra’ dan Mi’raj.

Peristiwa itu Allah abadikan di dalam Al Qur’an surat Al Isra’ : 1. Sehingga kita bahkan setiap saat dapat mengingat peristiwa itu ketika kita membaca firman Allah yang berbunyi:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, mari kita ambil sebagian kecil hikmah perjalanan tersebut.

Perjalanan Isra’ dan Mi’raj yang luar biasa ini marilah kita lihat sebagai suatu permisalahan dari perjalanan hidup kita, perjalanan hidup seluruh manusia.

Pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah, saw diperjalankan (Asro bi ‘abdihi) dengan ruh dan jasad beliau dalam keadaan terjaga (sadar) bukan sedang bermimpi.

Beliau yang malam itu sedang berada (menginap), di rumah sepupunya yang bernama Ummu Hani’ atau Fakhitah binti Abu Thalib yang rumahnya berada di dekat Ka’bah (masjidil Haram), selepas sholat Isya’ saat beliau sedang berbaring (tiduran) di Hijir Ismail, tiba-tiba didatangi oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah untuk menjemput dan menemani beliau mengadakan perjalanan untuk menghadap Allah ‘Azza Wajalla.

Hikmahnya:

Rasulullah, saw diperjalankan, bukan atas kemauan beliau sendiri dan perjalanan tersebut tidak dapat ditolak oleh beliau, artinya beliau hanya mampu pasrah melangkah ke arah mana saja sesuai dengan arahan sang guide terbaik (pemimpin perjalan sekaligus penunjuk jalan) selama diperjalanan, yaitu Jibril, as. 

Bayangkan sekiranya Rasulullah, saw. melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj sendirian tanpa ditemani malaikat Jibril! Tentu Rasulullah, saw akan tersesat, karena tempat-tempat yang beliau lewati belum pernah beliau kunjungi sebelumnya. Baik Masjidil Aqsha yang masih berada di bumi apalagi langit pertama, kedua, ketiga sampai Sidhratul Muntaha. Namun karena malaikat paling mulia yang menemani maka beliaupun di hadapan Dzat Yang Maha Agung dapat mengucapkan kalimat:

اَلتَّحِيَّاتُ المُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

Dan mendapatkan jawaban yang sangat Indah,

أَلسَّلَامُ عَلَيكَ أَيُّهَالنَّبِيُّ وَرَحمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Demikian pula kita dalam menjalani hidup walaupun kita punya rencana, punya cita-cita, ada kemampuan untuk berbuat, namun kehendak dan takdir Allah sajalah yang akan terjadi. Sebaik apapun rencana kita, sehebat apapun usaha kita maka tetaplah yang akan terjadi adalah qadarullah, apa yang Allah tetapkan untuk kita. Dan yang pasti adalah hari demi hari kita lalui akan semakin mendekatkan diri kita kepada hari dimana kita akan dihadapkan kepada Sang Kholiq, Allah ‘azza wajalla.

Oleh karena itu, jika kita ingin perjalanan hidup kita adalah perjalanan yang benar, perjalanan yang dapat mengantarkan kita bertemu Allah kelak di akhirat dalam keadaan beruntung, selamat, sejahtera dan mendapatkan tempat kembali yang menyenangkan (surga), maka jalanilah kehidupan di dunia ini sesuai arahan Allah yang disampaikan melalui lisan Jibril, as. dan lisan Rasulullah, saw, yaitu Al Qur’an dan Sunnah.

Rasulullah, saw. bersabda:

تَرَكتُ فِيكُم أَمرَينِ لَن تَضِلُّوا مَاتَمَسَّكتُم بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسَنَّةَ رَسُولِهِ

Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah daSunnah Rasul-Nya. (HR. Malik, Hakim, Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)

Jika kita mengikuti dan memegang teguh Al Qur’an dan Sunnah, maka seolah-olah kita berjalan dengan didampingi oleh malaikat, sebagaimana sabda Nabi, saw.

اَلمَاهِرُ بِالقُرآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ

Seseorang yang mahir Al Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa taat kepada Allah. (HR. Muslim)

Mahir di sini tentu saja bukan hanya sekedar pandai, lancar, bagus dan benar dalam membaca Al Qur’an, tetapi juga mampu memahami dan mengamalkan al QUr’an dalam kehidupannya sehari-hari.

Mari kita intensifkan hubungan kita dengan Al Qur’an, dengan bersungguh-sungguh dan terus menerus membaca dan berusaha dengan sungguh-sungguh pula memahami isi kandungannya. Apalagi satu bulan lebih 5 hari lagi kita akan berjumpa dengan syahrul Qur’an (bulannya Al Qur’an), yaitu bulan suci Ramadhan.

Ma’asyirol muslimina rahimakumullah

Hikmah selanjutnya adalah bahwa sebelum mengadakan perjalanan suci menghadap Allah Yang Maha Suci, maka Rasulullah, saw pun harus mengalami kembali peristiwa pembelahan dada. Pembelahan dada pertama telah beliau alami saat beliau masih dalam pengasuhan Halimatusa’diyyah. 

Malaikat Jibril dibantu oleh Malaikat Mikail mengeluarkan jantung dan hati Rasulullah, saw. lalu membasuhnya tiga kali dengan air zam-zam, setelah benar-benar bersih kemudian diisi dengan hikmah (kebijaksanaan) dan iman (teguh keyakinan) lalu malaikat mengembalikan jantung dan hati tersebut ke asalnya. Peristiwa penyucian hati ini tentu saja bukan karena saat itu hati Rasulullah, saw dalam keadaan kotor. Penyucian tersebut dilakukan agar hati beliau semakin bersih sehingga benar-benar pantas dibawa menghadap Allah, Dzat Yang Maha Suci.

Peristiwa ini juga sekaligus menjadi isyarat bagi ummat Muhammad, saw sampai akhir zaman, bahwa Allah, swt. Yang Maha Suci menyukai kesucian dan akan menerima menghadap-Nya orang-orang yang bersih lahir dan batinnya. Hatinya bersih dari syirik, riya’, iri, dengki, dan kotoran-kotoran hati lainnya.

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al Kahfi : 110)

Mari perhatikan kewajiban sholat yang perintahnya diterima Rasulullah, saw. saat Isra’ Mi’raj! Rasulullah, saw mensyaratkan agar sholat yang kita lakaukan sah dan diterima Allah, salah satunya adalah suci anggota badan baik dari hadats maupun najis.

Rasulullah, saw. bersabda:

لَا يُقبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُم إِذَا أَحدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

Allah tidak menerima sholat salah seorang di antara kalian ketika ia berhadats sampai ia berwudhu’. (HR. Bukhori dan Muslim)

Allah, swt berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al Baqarah : 222)

Ingatlah Bapak-bapak, saudara-saudara dan anak-anakku sekalian, besok lusa semakin dekatlah kita untuk menghadap Allah, maka bersihkanlah segera diri dan hati kita dari kotoran dosa dan maksiat. Bersihkan ia dengan amal-amal Kebajikan, bersihkan ia dengan sholat, bersihkan ia dengan puasa, sedekah, mendengar dan membaca al Qur’an, menghadiri majelis-majelis nasihat dan ilmu agama dan juga bersihkan ia dengan istighfar dan dzikir, mengingat kebesaran Allah, swt.

Rasulullah, saw. bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَالَةٌ, وَإِنَّ صَقَالَةَ الْقُلُوْبِ ذِكْرُاللَّهِ, وَمَامِنْ شَيْءٍ أَنْجَى مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْذِكْرِاللَّهِ

“Sesungguhnya bagi segala sesuatu itu ada sikatnya (ada pembersihnya), dan sesungguhnya sikat hati itu adalah zikrullah, dan tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari adzab Allah daripada zikrullah.” (HR. Baihaqi)

Imam Ibnul Qoyyim berkata:

أُطْلُبْ قَلْبَكَ فِي ثَلَثَةَ مَوَاطِنْ: عِنْدَ سَمَاعِ الْقُرْآنْ وَفِي مَجَالِسِ الذِّكْرِ وَفِي أَوْقَاتِ الْخَلْوَةِ, فَإِنْ لَمْ تَجِدِ فِيْ هَذِهِ الْمَوَاطِنْ فَسأَلِ اللَّهِ أَنْ يَمُنَّ عَلَيْكَ بِقَلْبٍ فَإِنَّهُ لَا قَلْبَ لَكَ

“Carilah hatimu pada 3 (tiga) tempat: Di saat mendengar al-Qur’an, di majelis ilmu, dan di saat menyendiri. Apabila kamu tidak mendapatinya pada tiga tempat tersebut, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memberimu hati, karena saat itu kamu tidak memiliki hati,” (Fawaidul Fawaid : 149)

Semoga Allah, swt. mengaruniai kita hati yang bersih, sehat dan selalu tunduk patuh kepada perintah-perintah-Nya. Sehingga kita kelak diterima Allah dengan penerimaan yang baik, mendapatkan sambutan indah:

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

Wahai jiwa (hati) yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku! (QS. Al Fajr : 27 – 30)

Demikianlah sebagian hikmah yang Allah sampaikan kepada kita dari peristiwa perjalanan Rasulullah, saw. pada malam hari tanggal 27 Rajab 1448 tahun lalu. Semoga bermanfaat, aamiin.

وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ 

Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu ketika) di Sidratulmuntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (An Najm : 13 – 15)

Disampaikan di Masjid Baiturrohman Tanjung Batu, 24 Januari 2024M / 24 Rajab 1446H

SELAMAT MENGHADAP ALLAH SELAMAT MENGHADAP ALLAH Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 6:13 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.