PERAN AL QUR’AN SEBAGAI BAGIAN DARI SUMBER PENGETAHUAN METAFISIKA TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN
MAKALAH
PERAN AL QUR’AN
SEBAGAI BAGIAN DARI SUMBER PENGETAHUAN METAFISIKA TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN
PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mistis
atau metafisika adalah sebuah pengetahuan
yang tidak rasional,
namun pengetahuan metafisika dijadikan
media untuk menyelesaikan masalah. Kadang kala ketentraman jiwa
tidak bisa hanya dicapai dengan materi saja, dengan jalan keyakinan dan pengetahuan metafisika (baca:
Agama)-lah manusia dapat menemukan
ketentraman didalam hidupnya melalui pendekatan kepada Tuhan.
Al Qur’an, bagi umat Islam tidak
hanya sebagai sumber hukum semata, tetapi Al Qur’an juga diyakini sebagai
sumber ilmu pengetahuan dan petunjuk meraih kesuksesasan di segala aspek kehidupan di dunia termasuk kesuksesasan
dalam memenej diri dan lingkungan sekitar.
Allah, SWT. Berfirman:
“… Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah,
dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah
: 15-16)
Bagaimana peran Al Qur’an dalam
perkembangan ilmu manjemen khususnya dalam bidang pendidikan, akan dibahas di dalam makalah ini.
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana peran Al Qur’an dalam
perkembangan ilmu manjemen pendidikan?
C. TUJUAN
Mengetahui bagaimana peran Al Qur’an
dalam perkembangan ilmu manjemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGETAHUAN METAFISIKA
Menurut Kamus
Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti segala sesuatu yang
diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal
(mata pelajaran).
Metafisika berasal dari akar kata ‘meta’ dan ‘fisika’.
Meta berarti ‘sesudah’, ’selain’, atau ‘di balik’. Fisika
yang berarti ‘nyata’, atau ‘alam fisik’. Metafisika berarti
‘sesudah,’di balik yang nyata’. Dengan kata lain, metafisika adalah cabang
filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang
nyata’.
Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat fundamental
mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. Ditinjau
dari segi filsafat secara menyeluruh Metafisika adalah ilmu yang memikirkan
hakikat di balik alam nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala
sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh
panca indra.
Jika
dikaitkan dengan agama, metafisika adalah
pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan dan kekuasaan-Nya yang
diperoleh melalui kitab-kitab suci atau melalui perenungan (pengalaman) spiritual yang bebas dari kebergantungan
pada indera dan rasio.
B. OBJEK PENGETAHUAN METAFISIKA
Objek
dari pengetahuan metafisika
adalah objek yang abstrak-suprarasional, seperti alam ghaib termasuk Tuhan,
malaikat, surga, neraka dan jin. Termasuk objek-objek yang hanya dapat
diketahui melalui pengetahuan metafisika
ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek
supranatural seperti mukjizat, karomah, dan
berbaga bentuk sihir.
Kebenaran metafisika
dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari
Tuhan, maka ukuran kebenarannya adalah Kitab Suci.
Allah, SWT. mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa surga dan
neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
Ada kalanya ukuran akan kebenaran pengetahuan metafisika itu adalah kepercayaan. Jadi sesuatu akan
dianggap benar karena kita mempercayai akan hal tersebut. Jika kebenaran pengetahuan metafisika dapat diukur
dengan bukti empirik, maka bukti
empiriklah yang menjadi ukuran kebenarannya.
C. AL QUR’AN SUMBER UTAMA PENGETAHUAN METAFISIKA
Ilmu
pengetahuan atau ‘ilm
disebut dalam Al Qur’an sebanyak 105 kali, dan dengan kata jadiannya ia
disebut lebih dari 744 kali (Rahardjo, 2002).
Ilmu pengetahuan merupakan
salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin
melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, seperti waktu shalat, awal bulan
Ramadhan, pelaksanaan haji. Bahkan
Allah, SWT. melalui Al Qur’an dan Hadits
telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan, manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, Allah, SWT. Berfirman:
“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman : 33)
Ayat
di atas memberikan isyarat secara ilmiah kepada bangsa Jin dan Manusia,
bahwasanya mereka telah dipersilahkan
oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan
dan kekuatan (sulthan). Kekuatan yang dimaksud di sini sebagaimana di tafsirkan
para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, hal ini telah
terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi
yang mampu menembus luar angkasa, bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan
dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di
Bulan, Pelanet Mars, Jupiter dan planet-pelanet lainnya.
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang
maju di dunia dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di abad modern
ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah
dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan.
Di dalam Al Qur’an banyak juga terdapat ayat-ayat yang
berkaitan dengan pendidikan dan manajemen dalam upaya
membangun sumber
daya manusia dan sumber daya alam.
Menurut Al Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah swt. sebagai
khalifah di bumi untuk mengelola bumi dan sumber daya yang ada di dalamnya demi
kesejahteraan manusia sendiri, makhluk dan seluruh alam semesta, karena pada
dasarnya seluruh ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini sengaja diciptakan
oleh Allah untuk kemaslahatan umat manusia. Allah, SWT. Berfirman:
“Dan Dia telah menundukkan
untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS.
Al-Jatsiyah : 13)
Rasulullah bersabda:
“Ini adalah kitab yang dengannya Allah telah
menunjukkan Rasul kalian. Maka pegangilah ia, tentu kalian akan mendapat
petunjuk. Dan sejatinya dengannya Allah telah menunjukkan Rasul-Nya.” (H.R. Bukhari)
Hadits tersebut
mengisyaratkan bahwa Al Qur’an dan al-Hadits merupakan kunci serta petunjuk
untuk memecahkan semua persoalan yang dialami manusia di dunia ini. Segala
aspek yang dibahas dalam pengelolaan SDM merupakan aplikasi dari nilai-nilai
yang terdapat dalam firman Allah dan sabda Rasulullah.
D. MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGANNYA
Sebagaimana dicatat dalam Encyclopedia
Americana, manajemen merupakan "the
art of coordinating the elements of factors of production towards the
achievement of the purposes of an organization", yaitu suatu seni
untuk mengkoordinir sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pendidikan merupakan setiap proses di mana
seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan
kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap
(attitute change). Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar
mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya.
Dari pengertian diatas, maka diperoleh
kesimpulan bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya untuk
mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Menurut Husaini (2006:7), pengertian
manajemen pendidikan adalah seni atau
ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Manajemen
dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi
merupakan sistem terbuka. Hubungan manajemen terbuka pada ranah pendidikan,
dimana pendekatan sistem merupakan suatu metode atau teknik yang secara khusus disebut analisis sistem terutama berfungsi dalam
memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Pendekatan
sistem ini diperlukan dalam dunia pendidikan
karena perubahan yang terjadi dalam organisasi pendidikan
semakin cepat. Di
samping itu kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan perlu
ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistem agar efektivitas dan
efesiensi juga meningkat. Maka manajemen dengan pendekatan sistem terbuka ini
memungkinkan untuk perbaikan pengelolaan lembaga pendidikan ke depan.
Seperti
yang dikemukakan Fattah (2000:32) ada beberapa keunggulan pendekatan sistem
dalam mengelola pendidikan, antara lain:
a. Misi, sasaran, dan tujuan
lembaga pendidikan dapat dijabarkan lebih jelas.
b.
Program-program
yang dirumuskan selalu diarahkan pada tujuan dan sasaran.
c.
Orientasi
kegiatan diarahkan kepada hasil akhir.
d. Perencanaan dipandang sebagi
bagian integral dari keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan.
e. Sumber-sumber daya dapat
dialokasikan denagn lebih efektif berdasarkan skala prioritas yang disusun
menurut besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan.
f. Informasi yang diperlukan
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dapat dirancang dan dikelola secara
terpadu.
g.
Segala
kegiatan dapat difokuskan pada pencapaian sasaran, sehinga pemborosan dapat
ditekan seminimal mungkin.
h. Pimpinan pengelola dapat
dinilai hasil pekerjaannya secara objektif, karena sasaran pekerjaannya jelas.
i.
Pengelola
dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam batas kewenangan yang telah
ditetapkan, sepanjang mereka tetap berorientasi pada tujuan akhir.
j.
Akuntabilitas
dapat dirumuskan secara jelas dan operasional.
k.
Umpan
balik dapat diperoleh pada semua tingkat otoritas pendidikan, sehinga
penyimpanan dalam usaha pencapaian tujuan dapat secara cepat diidentifikasi.
l.
Komunikasi
antarkomponen dapat terbina dengan lebih baik sehingga kesalahpahaman dapat
dikurangi.
m. Pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab dapat dilaksanakan secara lebih baik.
Dalam
fase manajemen modern, pendekatan yang dilakukan sangat beragam dan
memungkinkan lahirnya konsep-konsep baru tentang manajemen. Di samping
pendekatan system ada pula Pedekatan Kontingensi
dan Pendekatan Perspektif Terpadu.
Dalam
pendekatan kontingensi
para manajer bertugas untuk menetukan metode dan teknik yang tepat pada waktu
dan situasi terpadu untuk mencapai tujuan organisasi yang baik, para manajer
pula mendorong para karyawan untuk meningkatkan produktivitas organisasi.
Dalam
pendekatan Perspektif Terpadu, Engkoswara (1988:31) mengemukakan tentang
pendekatan perspektif terpadu disebut juga dengan pendekatan integrative.
Pendekatan ini berdasarkan kepada norma dan keadaan yang berlaku, menelaah ke
masa silam dan berorientasi ke masa depan secara cermat dan terpadu dalam
berbagai dimensi seperti pemerintah, swasta, pengusaha, tenaga kerja, pendidik,
ilmuwan, ulama, dan berbagai sector pembangunan (Sufyarma, 2003).
Pendekatan
perspektif terpadu merupakan sintesis terhadap kesan/fenomena bahwa penataan
pendidikan di Indonesia pada saat ini masih bersifat pragmatik dan belum
terintegrasi dan saling menunjang dalam suatu kurun waktu yang cukup jauh ke
masa depan dan belum berjalan sebagaimana mestinya. Melalui pendekatan ini
pendidikan dapat menghasilkan manusia terdidik (Sufyarma, 2003).
Dalam
perkembangan dan kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia telah dilakukan perubahan kurikulum 1968 menjadi
kurikulum 1975/1976, kemudian
disempurnakan pada 1984 dan 1994 dan
sekarang sedang dijalankan kurikulum K-13. Hal
tersebut dimaksudkan agar tercapai
keselarasan antara kurikulum dengan kebijakan baru di bidang pendidikan, meningkatkan efesiensi, efektivitas pengajaran dan meningkatkan mutu lulusan,
juga merelevansikan pendidikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
E.
PERAN AL QUR’AN DALAM
PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN
Berbicara masalah manajemen
tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen yang ada yaitu planning,
organizing, actuating dan controlling (POAC).
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah
proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran
maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang
optimal. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen
dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Anderson memberikan definisi perencanaan
adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan
seseorang di masa depan (Quantum Teaching, 2005)
Ketika dikaitkan dengan
sistem pendidikan, maka perencanaan pendidikan menurut ST Vembriarto dapat didefiniskan
sebagai penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematis terhadap
proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan
menjadi lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid-
murid serta masyarakat.
Agama Islam
mengajarkan umatnya prinsip perencanaan
harus bercermin
terhadap nilai-nilai Islami
yang bersumberkan pada Al Qur’an dan al-Hadits. Al Qur’an berbicara tentang perencanaan ini
diantaranya melalui ayat-ayat sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al Hasyr : 18)
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’ : 36)
Ayat-ayat di atas merupakan suatu hal yang sangat prinsip dan tidak boleh ditawar dalam proses perencanaan pendidikan dalam Islam, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan sempurna. Disamping itu, intisari ayat
tersebut merupakan suatu “pembeda” antara manajemen secara umum dengan
manajemen dalam perspektif Islam.
Perencanaan yang baik akan
dicapai dengan mempertimbangkan kondisi yang akan dicapai di waktu yang akan datang dalam serta periode sekarang pada saat rencana di buat. Dengan
demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar
memilih alternatif masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian mengarahkan
daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya.
Umat Islam meyakini
bahwa Allah SWT. membuat dan memiliki perencanaan atas manusia.
Sehingga, dalam pendidikan pun butuh perencanaan yang berorientasi pada keadaan
yang lebih baik. Rasulullah,
SAW. bersabda bahwa setiap
perbuatan tergantung niatnya, dan setiap perbuatan akan
mendapat balasan. Demikian pula pada manajemen, jika dilakukan dengan niat
baik, tujuannya baik, hasilnya pun akan baik.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Dalam manajemen, kegiatan selanjutnya setelah perencanaan adalah pengorganisasian, yaitu proses mengatur, mengalokasiakan dan mendistribusiakan
pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi.
Organisasi dalam pandangan
Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah
pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan
mekanisme kerja.
Allah, SWT. Berfirman:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran :
103).
Ayat di atas menunjukkan
bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan
baik sehingga cita-cita dalam organisasi dapat tercapai. Al Qur’an memberikan petunjuk agar dalam suatu
wadah, tempat, persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah timbul pertentangan,
perselisihan, percekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan, runtuhnya
mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Allah
SWT. Berfirman:
“Dan taatilah Allah dan RasulNya, jangalah
kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang
kekuatanmu, dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal : 46).
Dalam sebuah organisasi
tentu ada pemimpin dan bawahan. Maka pengorganisasian
dalam Islam proses penentuan struktur,
aktivitas, interaksi, koordinasi, desain struktur, wewenang,
tugas harus
dilakukan secara transparan dan jelas dalam bingkai keadilan dan musyawarah sehingga organisasi
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuannya. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara
konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam akan sangat
membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
3.
Penggerakan (Actuating)
Dalam organisasi, menurut Tanthowi, actuating berfungsi sebagai directing commanding,
leading dan coordinating. Proses
ini juga memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan kepada
anggota organisasi agar bisa bekerja dengan
tekun dan baik.
Al Qur’an dalam hal ini telah memberikan pedoman dasar
terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam mengelola
lingkungan organisasi yang melibatkan lingkungan dan orang lain ini. Allah Swt.
berfirman:
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (QS. al-Kahfi : 2)
“Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang
penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Hud : 117).
4.
Evaluasi (Controlling).
Evaluasi (Controling)
dalam konteks manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang
dilaksanakan sesuai atau tidak dengan
perencanaan sebelumnya.
Dalam manajemen pendidikan, evaluasi merupakan proses/kegiatan yang dimaksudkan untuk menentukan kemajuan pendidikan
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan usaha
untuk memperoleh informasi berupa umpan balik dari
kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu evaluasi adalah
sebagai konsep pengendalan, pemantau efektifitas dari perencanaan,
pengorganisasian, dan kepemimpinan serta pengambilan perbaikan pada saat
dibutuhkan.
Al Qur’an berbicara tentang hal ini antara
lain sebagai berikut:
“Padahal sungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi
pekerjaanmu, yang mulia disisi Allah dan yang mencatat pekerjaan itu, mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Infithar : 10-12).
“Jika
mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila
Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria
karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu
amat ingkar (kepada ni`mat).” (QS. Asy-Syuura : 48)
Dalam Al Qur’an pengawasan
bersifat transendental, jadi dengan begitu akan muncul inner dicipline (tertib
diri dari dalam). Itulah sebabnya di zaman generasi Islam pertama, motivasi
kerja mereka hanyalah Allah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Allah, SWT. menciptakan manusia dengan keinginan agar
manusia dapat merasakan kebaikan hidup dunia dan di akhirat sehingga Allah,
SWT. juga memberikan petunjuk dalam menjalankan kehidupan di dunia agar
kebaikan itu benar-benar dapat dirasakan. Petunjuk itu telah sempurna Allah berikan
melalui Kitab Suci Al Qur’an.
Oleh karena itu, Al Qur’an dijadikan sebagai sumber
utama pengetahuan metafisika dalam Islam sehingga kitab ini sangat mempengaruhi
umatnya dalam mengorganisasi dirinya, orang dan lingkungan di sekitarnya.
Maka perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk perkembangan
manajemen pendidikan tidak luput dari peran dan motivasi yang terdapat di dalam
Al Qur’an.
Tidak akan sempurna kebaikan kecuali dilakukan atas
petunjuk Dzat Yang Maha Sempurna, yaitu Allah, SWT.
SARAN
Untuk menyempurnakan makalah ini perlu diadakan
penelitian dan kajian mendalam tentang sejauh mana peran dan pengaruh Informasi
di dalam Al Qur’an terhadap peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Muttaqin, dkk., Makalah Pengertian dan Contoh Objek
Pengetahuan Mistis, Universitas PGRI, 2020
Hidayat, Rahmat, dan
dkk., Ayat-Ayat Alquran Tentang Manajemen
Pendidikan Islam, Medan:
LPPPI, 2017;
Sastro, Jon, Makalah Peranan Filsafat Ilmu Dalam
Pengembangan Ilmu Manajemen, Universitas Bengkulu, 2013
Sujudi, Nayyif, Ilmu Metafisika Sebaga Refleksi
Pendidikan Islam Dalam Al Qur’an, http://nayyifsujudi991.blogspot.com/2014/08/ilmu-metafisika-sebagai-refleksi.html, 2014
PERAN AL QUR’AN SEBAGAI BAGIAN DARI SUMBER PENGETAHUAN METAFISIKA TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN PENDIDIKAN
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
9:06 AM
Rating:

No comments: