CIRI SENANG SAMBUT RAMADHAN
Disampaikan Oleh Ustadz Muttaqin Anang Toha
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi robbil'alamain. Allahumma Sholli 'ala sayyidina muhammad saw.
Ikhwah fillah rahimakumullah.
*Ramadhan, Bulan Tarbiyah yang penuh berkah* sebentar lagi ia akan datang.
Saudaraku.... bolehkah saya bertanya?
Bagaimana perasaan Antum sekalian saat mengetahui kabar ini? Kabar bahwa bulan puasa hampir tiba?
1. Biasa saja?
2. Tidak suka? Atau
3. Senang?
Hayoo, berapa banyak anggota group ini memilih nomor 3.. mohon disertakan sebabnya!
Monggo ๐๐ป
..
....
......
......
.......
..........
............
.............
Siip ๐๐ป
Semoga semuanya memilih (3), Senang.
Bukan (1), biasa saja,
apalagi (2), benci dengan kehadiran ramadhan
Jika kita kelompokkan, akan kita temukan 3 macam sikap orang dalam menyambut dan menghadapi bulan penuh keberkahan ini.
Pertama:
Ada yang menyambutnya dengan sikap yang dingin. Tidak ada suka-cita dan bahagia.
Baginya, Ramadhan tidak ada ubahnya dengan bulan-bulan lain.
Orang seperti ini tidak bisa memanfaatkan Ramadhan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Dosa dan kesalahan tidak membuatnya risau dan gelisah hingga tak ada upaya maksimal untuk menghapusnya dan menjadikan Ramadhan sebagai momen untuk kembali kepada Allah.
Kedua:
Ada orang yang hatinya dipenuhi dengan kebencian ketika ia mengetahui bahwa bulan Ramadhan hampir tiba.
Sebab bulan suci ini hanya akan menghambatnya melakukan dosa dan kemaksiatan, sebagaimana yang dilakukannya di bulan-bulan lain.
Hatinya tertutup dan penuh benci kepada kebaikan.
Menyaksikan kaum Muslimin berlomba-lomba dalam kebaikan, mengisi hari-hari mereka dengan ibadah adalah pemandangan yang tidak disukainya.
Dan syetan telah menghembuskan kebencian dalam hatinya hingga Ramadhan bagai neraka baginya.
Semoga kita dijauhkan dari dua sikap dan sifat di atas.
Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)
Dan yang *Ketiga*,
Ada pula orang yang bergembira dan penuh antusias serta suka cita dalam menyambut bulan Ramadhan.
Karena baginya, bulan Ramadhan adalah kesempatan yang Allah anugerahkan kepada siapa yang dikehendaki untuk menambah bekal spiritual dan bertaubat dari semua dosa dan kesalahan.
Ramadhan baginya adalah bulan bonus dimana Allah melipatgandakan pahala amal kebaikan.
Maka diantara ciri seseorang senang menyambut Ramadhan adalah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut dan mengisinya.
Baik mental, ilmu, fisik, dan spiritual.
Bahagia, karena di bulan Ramadhan terdapat janji Sang Khaliq untuk menjauhkan seseorang dari api neraka.
Dan itu merupakan kemenangan yang membahagiakan.
Firman Allah,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)
Oleh karena itu, Rasulullah saw menyambut bulan Ramadhan penuh perasaan bahagia dan suka-cita.
Beliau pun mengingatkan para sahabat agar menyiapkan diri mereka untuk menyambut dan mengisinya dengan amal.
Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah berceramah di hadapan para sahabat di akhir Sya’ban, beliau bersabda,
“Wahai sekalian manusia. Kalian akan dinaungi oleh bulan yang agung nan penuh berkah. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu malam.
Yuk buat unit pengajian Tarbiyah Syamilah di lingkungan anda!
Allah menjadikan puasa di bulan itu sebagai kewajiban dan qiyamnya sebagai perbuatan sunnah.
Siapa yang mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal kebaikan seolah-olah ia telah melakukan kewajiban di bulan lain.
Dan barangsiapa melakukan kewajiban pada bulan itu maka ia seolah telah melakukan tujuh puluh kewajiban di bulan lain.
Ia adalah bulan kesabaran dan kesabaran itu adalah jalan menuju surga.
Ia adalah bulan keteladanan dan bulan dimana rezki dimudahkan bagi orang mukmin.
Siapa memberi buka kepada orang yang berpuasa maka ia mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan lehernya diselamatkan dari api neraka.
Ia juga mendapatkan pahalanya tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun.”
Sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah, tidak semua kita bisa memberi buka bagi orang puasa.”
Rasulullah menjawab,
“Allah memberi pahala yang sama kepada orang yang memberi buka walau sekadar kurma dan seteguk air atau seteguk air susu.
Ia adalah bulan dimana permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan ujungnya diselamatkannya seseorang dari neraka.
Barangsiapa meringankan budaknya Allah mengampuninya dan membebaskannya dari neraka.
Perbanyaklah kalian melakukan empat hal:
dua hal pertama Allah ridha kepada kalian, yaitu mengucapkan syahadat tiada ilah selain Allah dan meminta ampunan kepada-Nya.
Sedangkan hal berikutnya adalah yang kalian pasti membutuhkannya; yaitu agar kalian meminta surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang berpuasa maka Allah akan memberinya minum dari telagaku yang tidak akan pernah haus sampai dia masuk ke dalam surga.”
(HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
Merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan Sya’ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan.
Saat itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin untuk saling meminta maaf di antara mereka.
Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya.
Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa.
Mereka ingin berada dalam suasana ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Kalau di tempat saya agak berbeda, dan insya Allah selalu berusaha merubahnya paling tidak memberikan pemahaman yang betul.
Di tempat saya, sya'ban dikenal dengan bulan ruwah (arwah). Di akhir sya'ban orang-orang menyukai berziarah kepada makam orang yang sudah mati, sedangkan kepada orang yang masih hidup mereka enggan untuk menziarahinya.
Padahal yang masih hidup itu bisa jadi adalah orang tua mereka sendiri, paman-bibi, saudara-saudara, dan handai tolannya sendiri.
Menziarahi kubur orang yang sudah mati itu baik, tapi menziarahi orang yang masih hidup jauh lebih dianjurkan lagi.
Tujuan berziarah kubur untuk mengingatkan kita akan kematian.
Sedangkan tujuan berziarah kepada orang yang masih hidup adalah untuk menyambung silaturrahim, yang intinya adalah untuk menjaga kalangsungan hidup itu sendiri.
Para sahabat dan salafus-shalih pun senantiasa menyambut bulan Ramadhan dengan bahagia dan persiapan mental dan spiritual.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab menyambutnya dengan menyalakan lampu-lampu penerang di masjid-masjid untuk ibadah dan membaca Al-Qur’an.
Dan konon, Umar adalah orang pertama yang memberi penerangan di masjid-masjid. Sampai pada zaman Ali bin Abi Thalib.
Di malam pertama bulan Ramadhan ia datang ke masjid dan mendapati masjid yang terang itu ia berkata,
“Semoga Allah menerangi kuburmu wahai Ibnul Khatthab sebagaimana engkau terangi masjid-masjid Allah dengan Al-Qur’an.”
Diriwayatkan Anas bin Malik bahwa para sahabat Nabi saw jika melihat bulan sabit Sya’ban mereka serta merta meraih mushaf mereka dan membacanya.
Kaum Muslimin mengeluarkan zakat harta mereka agar yang lemah menjadi kuat dan orang miskin mampu berpuasa di bulan Ramadhan.
Para gubernur memanggil tawanan, barangsiapa yang meski dihukum segera mereka dihukum atau dibebaskan.
Para pedagang pun bergerak untuk melunasi apa yang menjadi tanggungannya dan meminta apa yang menjadi hak mereka.
Sampai ketika mereka melihat bulan sabit Ramadhan segera mereka mandi dan I’tikaf.”
Banyak membaca Al-Qur’an adalah salah satu kegiatan para salafus-shalih dalam menyiapkan diri mereka menyambut Ramadhan.
Karena Ramadhan adalah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan.
Bersedekah dan menunaikan semua kewajiban.
Juga menunaikan semua tugas dan kewajiban sebelum datang Ramadhan. Sehingga bisa konsentrasi penuh dalam mengisi hari-hari Ramadhan tanpa terganggu oleh hal-hal lain di luar aktivitas ibadah di bulan suci ini.
Ditempat saya juga berbeda, dan insya Allah selalu berusaha merubahnya minimal memberikan pemahaman yang benar.
Di tempat saya banyak yang disibukkan dengan pakaian baru, cat rumah batu, cat pagar baru dan mempersiapkan beragam makanan untuk persiapan lebaran, namun semua makanan rohani dan pakaian takwa kerap terlupakan.
Ibnu Mas’ud menceritakan,
“ุณَู
ِุนْุชُ ุฑَุณَُْูู ุงِููู ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุฐَุงุชَ َْููู
ٍ -َูุฃََّูู ุฑَู
َุถَุงَู- ََููุงَู: “َْูู َูุนَْูู
ُ ุงْูุนِุจَุงุฏُ ู
َุง ِูู ุฑَู
َุถَุงَู َูุชَู
ََّูุชْ ุฃُู
َّุชِู ุฃَْู ุชََُْููู ุงูุณََّูุฉُ َُُّูููุง ุฑَู
َุถَุงَู”
“Aku mendengar Rasulullah saw –suatu hari menjelang Ramadhan – bersabda, “Andai para hamba mengetahui apa itu Ramadhan tentu umatku akan berharap agar sepanjang tahun itu Ramadhan.”
Marilah kita singsingkan lengan baju dan kencangkan ikat pinggang untuk menyambut kedatangan *Ramadhan, bulan tarbiyah yang penuh berkah* yang kian saat kian mendekat.
Semoga kita disampaikan di bulan suci tersebut.
Dan kita tidak tahu apakah Ramadhan kali ini kita mendapatinya.
Juga kita tidak tahu apakah ketika mendapatinya ia menjadi Ramadhan yang terakhir bagi kita. Seperti tahun-tahun lalu.
Wallahu a’lam.
Allahumma bariklana fi sya'ban wa balighna ramadhan.
Ya Allah, berkahi kami di bulan Sya'ban, dan sampaikanlah (umur kami, rizki kami, sehat kami) ke bulan ramadhan.
Aamiin
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciri Senang Sambut Ramadhan
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
5:25 AM
Rating:

No comments: