BERUMAH TANGGA SELAMANYA
Pagar dibuat Pelindung diri,
Lebih Indah jika dicat warna-warni.
Agar pernikahan kekal abadi
Lebih saling memberi kurang saling maklumi
1️⃣ Ingat kita hanya menjalankan sunnatullah, maka sebutlah nama-Nya
2️⃣ Jalankan segala ketentuan dan kehendak-Nya, bersyukur.
3️⃣ Berkasih sayanglah, yang lebih kasihi yg kurang, jika 1 tidak mampu membalas kasih yg lain memahami ketidaksempurnaan itu dengan tetap memberi (menyayangi),
4️⃣ Jangan putus asa Berkasih sayang karena setiap kebaikan dan kejahatan akan ada perhitungan dan balasan di akhirat
5️⃣ Tunaikan Akad yang akan dibuat sebagai bentuk ibadah/penghambaan kepada Allah, sehingga ada hak kita untuk meminta pertolongan-Nya
6️⃣ Mohonlah kepada-Nya hidayah/petunjuk sehingga dapat selalu di jalan kebenaran
7️⃣ Belajarlah dari pengalaman, contoh orang-orang yang telah sukses berumah tangga (Adam, Ibrahim, Ismail, Yusuf, Ayyub, Sulaiman, Muhammad + Hanna, Maryam dan Asia). Berhati-hatilah memotret dari mencontoh orang-orang yang gagal (istri Nuh, istri Luth, Fir'aun, Abu Lahab dan Istri)
– Banyak sekali pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah para shahabat dan shahabiyah Nabi Muhammad saw. Salah satu kisah yang cukup sering terdengar adalah kisah Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy.
Keduanya adalah orang terdekat Rasulullah. Zaid bin Haritsah adalah seorang budak yang kemudian dijadikan sebagai anak angkat Rasulullah. Sedangkan Zainab binti Jahsy merupakan anak dari bibi Rasulullah, Umaimah binti Abdul Muthalib.
Sebelum menjadi istri Rasulullah, Zainab binty Jahsy pernah menikah dengan Zaid bin Haritsah. Namun, rumah tangga keduanya hanya berumur setahun. Kisah rumah tangga Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy termaktub dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 37 dimana nama Zaid tercantum dengan jelas di dalamnya. Hal ini hak milik Allah agar manusia belajar dari pernikahan keduanya.
Kisah mereka bermula ketika usia Zaid sudah pantas menikah dan Zaid menyerahkan hal tersebut kepada Rasulullah agar beliau memilihkan istri untuknya. Ketika itu di kalangan Bangsa Arab masih menjunjung tinggi strata-strata sosial, bahkan di tengah jamaah Islam itu sendiri. Rasulullah ingin meruntuhkan adat tersebut dan menunjukkan bahwa tidak ada kelebihan seseorang di atas seseorang lain kecuali ketakwaannya kepada Allah. Oleh karena itu, Rasulullah berniat menikahkan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti Jahsy.
Mendengar tawaran Rasulullah, Zainab menolak hal tersebut. Mendengar Zainab, kemudian Rasulullah pun berkata, “Aku telah merelakan Zaid untukmu.” Namun, Zainab tetap menolak dan meminta Rasulullah memberikan waktu untuk berpikir. Kemudian turunlah firman Allah yang berisi,
Dan patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) patut bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. ” (QS Al Ahzab: 36)
Dengan turunnya ayat tersebut, maka tidak ada jalan keluar lain bagi Zainab kecuali mendatangi Rasulullah dan menyetujui pernikahannya dengan Zaid bin Haritsah. Zainab tumbuh di keluarga yang memiliki strata sosial tinggi. Keluarganya memiliki kemuliaan, kekuasaan, dan jabatan tinggi. Satu-satunya dorongan yang membuat Zainab menikahi Zaid adalah dorongan ketakwaan dan posisi Zaid sebagai kekasih Rasulullah.
Namun, pada kenyataannya Zainab melihat Zaid sebagai seorang yang tidak sebanding dengannya. Zainab tidak mampu melihat hal-hal yang baik pada diri Zaid. Saat Zaid ingin mendekatinya, Zainab menjauh darinya. Jika Zaid berbicara kepadanya dengan lemah lembut, Zainab menjawabnya dengan keras. Hal itu lah yang membuat keduanya tidak bahagia menjalani biduk pernikahan.
Zaid bin Haritsah tidak menutup mata dengan kondisi pernikahannya dengan Zainab binti Jahsy. Zaid pergi menemui Rasulullah dan mengadu kepada beliau. Namun Rasulullah menyarankan Zaid untuk bersabar. Zaid kembali ke rumahnya dan kondisi yang sama berulang kembali. Keluar pula dari lisan Zainab kata-kata yang membanggakan dirinya sebagai kaum dari suku yang mulia dan keutamaan lainnya.
Sebagai seorang laki-laki, Zaid merasa qawwama- nya akan dikenakan sanksi. Padahal sejatinya, qawwamah bagi seorang laki-laki tidak boleh dijatuhkan dan dijatuhkan. Setelah berkali-kali menemui Rasulullah dan mengeluhkan hal yang sama. Akhirnya Rasulullah mengizinkan Zaid untuk menceraikan Zainab.
Maka, beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari pernikahan dua orang yang mulia ini. Zaid dan Zainab memiliki posisi istimewa di sisi Rasulullah dan mereka adalah orang yang shalih dan shalihah . Pernikahan keduanya karena tidak menyamakan perbedaan yang mencolok.
Posisi Zaid dan Zainab hampir sama dengan Rasulullah dan Khadijah ketika menikah, di mana Khadijah merupakan majikan Rasulullah Muhammad. Ketika keduanya menikah, Khadijah menyerahkan seluruh urusan perdagangannya kepada Rasulullah, sehingga perbedaan yang mencolok pun perlahan memudar. Namun, hal tersebut tidak terjadi di rumah tangga Zaid dan Zainab.
Oleh karena itu, dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa salah satu dari tiga hal yang tidak boleh ditunda adalah menikahkan wanita yang telah bertemu dengan jodoh yang sekufu/sepadan. Sekufu dapat diartikan sepadan dalam banyak hal. Seperti nasab, lingkungan, suku, ilmu, kesalihan, harta, dan lain sebagainya. Tidak sekufu pun tak apa, namun butuh usaha ekstra dari keduanya agar rumah tangga yang dibangun tetap harmonis dengan segala perbedaan yang ada.
Dibalik kegagalan Zaid bin Haritsah dan Zainab binty Jahsy, Allah memberikan balasan yang sama kepada mereka berdua. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Zainab menikah dengan Zaid atas dorongan untuk mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ketika menungu masa idahnya berakhir, Allah menurunkan perintah kepada Rasulullah agar menikah dengan Zainab melalui malaikat Jibril dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 37-39.
Sedangkan Zaid bin Haritsah menikah dengan mantan budak dan pengasuh Rasulullah, Ummu Aiman. Kedua dianugerahi anak yang luar biasa dan juga salah satu shahabat kesayangan Rasulullah, Usamah bin Zaid
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
5:03 PM
Rating:

No comments: