Disampaikan Oleh Ustadz Muttaqin Anang Toha
Dalam Kajian online PM. I Nanda
Selasa, 21 Maret 2017
*Istiqomah dalam Futur*
http://tarbiyahsyamilah.blogspot.co.id/2017/03/istiqomah-dalam-futur.html?m=1
Kita bukan seorang Nabi yang imannya bertambah setiap waktu, kita juga bukan pula seorang malaikat yang imannya selalu stabil. Tapi, kita hanyalah manusia biasa yang kondisi iman kita bisa naik dan juga turun.
Bagaikan ombak di lautan, suatu saat iman kita dapat tinggi menggunung, hingga kapal besarpun mampu diporak-porandakan. Namun di lain waktu iman kita bergerak pelan hingga sebuah kerikil kecilpun tak mampu digerakkan.
Bahkan pada suatu saat iman kita surut, hingga terlihat jelas karang-karang terjal bahkan sampah-sampah berserakan pun bermunculan.
Keadaan iman seperti ini adalah fitrah manusia. Sekaligus menjadi bukti bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah, yang sangat memerlukan rahmat Allah dan juga memerlukan orang lain untuk menyempurnakan berbagai kekurangan kita.
Akan halnya tubuh kita, tidak selamanya selalu berada dalam kondisi prima (fit), pada suatu waktu kita akan mengalami penurunan fitalitas, bahkan sampai pada keadaan yang tidak berdaya karena sakit yang kita derita. Banyak sebab/sumber sakit, bisa berasal dari dalam diri kita sendiri, juga tidak sedikit sumber penyakit datang dari luar.
Demikian juga dengan iman, dia dapat berada dalam kondisi prima, namun pada suatu saat dapat mengalami penurunan baik karena faktor internal maupun karena pengaruh lingkungan dan gangguan setan yang selalu berusahan menggoda manusia agar bermaksiat kepada Allah Ta’ala.
Kondisi iman yang menurun ini dalam dunia dakwa disebut dengan FUTUR.
Futur secara bahasa berarti “diam setelah giat, dan lemah setelah semangat”.
Sedangkan secara istilah, futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da'i dan penuntut ilmu. Sehingga mereka menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan, misalnya futur dalam menuntut ilmu syar'i, futur dalam aktivitas dakwah, futur dalam beribadah kepada Allah dan lainnya.
Karena Futur merupakan salah satu penyakit, maka ia harus segera diantisipasi bahkan pada saat gejala futur sudah mulai terasa. Jika tidak, ia akan menjadi susuatu hal yang sangat berbahaya, apalagi jika keadaan tersebut terus berlarut-larut tanpa ada usaha dari individu yang bersangkutan untuk terus memperbarui iman dan semangatnya.
Futur yang terus terjadi tanpa ada usaha untuk meperbaiki diri dapat mengarahkan seorang kepada perbuatan yang dilarang Allah swt.
Tingkatan futur paling rendah adalah kemalasan, menunda-nunda atau berlambat-lambat. Sedangkan puncaknya bila sudah kronis dan menahun adalah terputus atau berhenti sama sekali setelah sebelumnya rajin dan terus bergerak (lihat buku Terapi Mental Aktifis Harokah oleh DR Sayyid Muhammad Nuh, terbitan Pustaka Mantiq Solo).
Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Amr bin Ash ra:
“Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, sebelum ini ia rajin bangun pada malam hari (shalat tahajjud), namun kemudian ia tinggalkan sama sekali.”(HR. Bukhori, dalam kitab Fath Al Bari, no: 1152, 3/37).
Seorang da’i, sekalipun ia juga akan diuji dengan futur, namun saat-saat seperti itu seharusnya dapat dijadikan seperti saat “turun minumnya” seorang prajurit yang berada di medan laga, dimana setelah itu ia akan kembali terjun berjuang dan berjihad.
Penyakit Futur ini juga dapat menimpa sebagian thalabatul ilmi /muta’allim (pencari ilmu), mua’allim/ustadz, da’i, da’iyah, dan seterusnya..
Namun, barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka dia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih keadaan selain itu, berarti dia telah celaka.” (Musnad Imam Ahmad, 2/158-188)
Syaikh Islam Ibnu Al-Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata,”saat-saat futur bagi seorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Seseorang masa fuurnya lebih membawa ke arah muraqabah (pengawasa oleh Allah) dan pembenahan langkah, selama ia tidak keluar dari amal-amal fardhu, dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, diharapkan ketika pulih ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun sebenarnya, aktivitas ibadah yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang hamba tanpa terputus.” (Madarij As-Salikin, 3/126)
Sebagaimana penyakit jasmani, untuk menghindarkan diri kita dari bahaya futur, dapat dilakukan dengan berusaha menjauhi/menghindari berbagai penyebab futur.
Di antara penyebab futur, sebagaimana ditulis oleh ustadz Muh. Ubaidillah, MA, adalah:
1. Kurang ikhlas beramal.
Orang yang kurang ikhlas beramal, orientasi amalnya bukan murni karena Allah Ta’ala, tapi ada sisi lain yang ia kehendaki dari amalnya tersebut, namun tidak tercapai hingga membuat dirinya terkadang futur dari amal atau enggan beramal.
2. Ruhiyah yang kering.
Kekuatan ruhiyah dinilai dari sejauh mana kedekatan kita dengan Allah Ta’ala. Sumber kekuatan ruhiyah ini hanya dapat diperoleh dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti qiyamullail, tilawah, shoum sunnah, infaq dan shodaqoh, dll. Sebagai seorang muslim yang memberi nasehat dan petuah serta seorang da’i ideal jangan lupa diri. Bila dia sering melupakan dirinya tuk menyuburkan ruhiyyahnya dengan hal-hal di atas, maka ia keadaannya seperti lilin yang selalu berusaha menerangi sekitarnya namun lambat laun lilin tersebut lama kelamaan meleleh dan akhirnya habis tidak bisa lagi mengeluarkan cahaya dan penerangan bagi sekitarnya. Atau sebagaimana pernah disinggung oleh Ibnu al Qayyim bahwa apabila da’i atau ustadz itu lupa pada dirinya sendiri maka keadaan ia seperti seorang yang sering memberi nasehat padahal dalam dirinya/dibalik bajunya ia digigit kalajengking namun ia tidak terasa.
3. Kecewa dan sakit hati.
Kekecewaan terhadap teman-teman, jama’ah dakwah, yayasan dakwah, janganlah membuat seorang muslim ideal/pencari ilmu/ da’i/ustadz berhenti beramal, berhenti berdakwah, futur, lesu dan uzlah dari manusia.
Anjing menggonggong kafilah berlalu, tetaplah berjuang dan iqomatuddin di medan dakwah dan medan juang. Karena muslim yang ideal paham hanya mengharapkan upah dari Allah Ta’ala bukan dari manusia. Hingga membuatnya tetap ikhlas dan istiqomah walau badai, ujian dan makian menghampirinya.
Belajarlah akhlak dari Imam Ahmad dan Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah yang telah menghalalkan dirinya dihina, dighibah dan dimaki. Bila agama Allah dan syari'at Islam yang dihina, maka mereka berdua akan berada dalam barisan terdepan dalam membela kebenaran. Kita memang hanyalah manusia, bukan malaikat, sehingga kekecewaan yang terjadi dan yang kita alami jangan sampai membuat kita hilang semangat, futur dan loyo dalam beribdah dan berdakwah sehingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dakwah Islam yang mulia ini.
4. Lemahnya komitmen.
Lemahnya komitmen seorang muslim/da’i terhadap nilai-nilai syari'at Islam membuat jiwanya futur, loyo, lesu dalam menegakkan panji-panji Islam di muka bumi ini.
Seorang muslim atau da’i lah yang membutuhkan Islam dan dakwah, bukan sebaliknya Islam dan dakwah membutuhkan dia. Lemahnya komitmen ini disebabkan karena faktor –faktor dunia yang membelitnya dan karena mengikuti hawa nafsunya atau terkena fitnah syubhat dan fitnah syahwat.
Ketika futur sudah benar2 menyerang sebagai penyakit, maka tentunya kita memerlukan obat untuk membantu kita mengalahkan penyakit tersebut.
Diantara obat yang dapat kita pakai untuk menghilangkan futur adalah "obat hati"-nya opick atau Cak Nun, yaitu:
1. Membaca al Qur'an dengan mentadabburi maknanya.
2. "Memaksa" diri untuk menunaikan Sholat malam.
3. Berkumpul dengan 'ulama, dan orang-orang sholeh lainnya. Setidaknya mulailah membaca Membaca siroh generasi salaf. Karena membaca siroh generasi salaf dapat memotivasi kita untuk mengikuti amal-amal mereka.
Berkumpul dengan orang soleh, meminta nasihat kepada mereka dapat membantu kita dalam merekonstruksi iman.
وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, barangsiapa berjabat tangan kepada orang alim ia seperti berjabat tangan denganku, barangsiapa duduk bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku didunia, dan barangsiapa yang duduk bersamaku didunia maka aku mendudukkanya pada hari kiamat bersamaku.” (Kitab Lubabul Hadits)
4. Perbanyak berpuasa yang dapat membuat kita dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang dilarang Allah
5. Perbanyak Dzikir dan memohon kepada Allah agar dilindungi dari bahaya futur.
Diantara do'a yang diajarkan rosul adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal hazan, wa a'udzubika minal ‘ajzi wal kasal, wa a'udzubika minal jubni wal buhkl, wa a'udzubika min ghalabatid-daini wa qahrir-rijaal
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan gelisah, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari belenggu hutang dan tekanan manusia”
Doa ini dianjurkan Rasulullah untuk di-baca di pagi dan sore hari.
Semoga Allah tetap memberikan kita kemudahan dan keistiqomahan beribadah kepada--Nya walaupun dalam keadaan futur.
Aamiin
بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.
####################
Ada Apa Saja Dalam Tarbiyah Syamilah?
Kami membimbing masyarakat yang berada di 12 unit Majelis Taklim setiap pekan dalam Membaca Al Qur'an, Membaca Terjemahnya, dan Mentadabburi Maknanya setiap pertemuan per pekan.
Mari titipkan sedekah jariyah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kepada kami !
Mudah-mudahan menjadi wasilah/sarana bagi kita semua untuk mendapatkan pahala yang akan terus mengalir sepanjang masa.
Ada Apa Saja Dalam Tarbiyah Syamilah?
Kami membimbing masyarakat yang berada di 12 unit Majelis Taklim setiap pekan dalam Membaca Al Qur'an, Membaca Terjemahnya, dan Mentadabburi Maknanya setiap pertemuan per pekan.
Mari titipkan sedekah jariyah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kepada kami !
Mudah-mudahan menjadi wasilah/sarana bagi kita semua untuk mendapatkan pahala yang akan terus mengalir sepanjang masa.
Istiqomah dalam Futur
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
7:53 PM
Rating:
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
7:53 PM
Rating:

No comments: