Wudhu; Bukti Kesungguhan Rindu Kepada Nabi

TAUJIH KH. BUKHORI YUSUF, LC, MA
(Ketua Dewan Pembina Rabithah Majelis Taklim Tarbiyah Syamilah OI)

Wudhu; Bukti Kesungguhan Rindu Kepada Nabi 

Adalah kenikmatan yang Allah swt limpahkan kepada hamba-hambaNya, Dia telah memudahkan bermacam jalan untuk meraih cintaNya. Mengajarkan cara-cara menghambakan diri dengan cara yang paling sederhana. Tidak menyulitkan, dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja. Cara yang amat sederhana itu adalah wudhu.
Meski cara pengerjaannya sederhana, hanya dengan menjalarkan air pada anggota tubuh tertentu sesuai dengan rukunnya, wudhu membuahkan manfaat yang tak sesederhana pengerjaannya. Dahsyat. Disabdakan oleh Rasulullah saw, “jika seorang muslim berwudhu dan membasuh wajahnya, keluarlah dari wajahnya segala kesalahan yang didatangkan oleh kedua matanya, hingga tetesan air yang terakhir. Jika ia membasuh kedua tangannya, keluarlah dari kedua tangannya segala kesahalan yang didatangkan oleh kedua tangannya. Jika membasuh kedua kakinya, keluarlah segala kesalahan yang disebabkan kedua kakinya berjalan kepadanya, sampai ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.”
Karena sejatinya, kita, sebagai manusia tidak akan pernah suci dari debu-debu dosa. Kita bukanlah Malaikat yang terbebas dari peluang-peluang dosa. 24 jam sehari, 60 menit perjam, jika tanpa bimbingan hidayah dari Allah swt, bisa jadi satuan waktu tersebut hanya akan menjadi satuan akumulasi dosa-dosa. Cobalah kita tengok kiri dan kanan, depan belakang, syetan menguntit mencari celah agar bisa menyelewengkan kita dari jalan Allah. Gadget yang membantu kemudahan bekerja, fasilitas komputer, internet, menyuguhkan berbagai kemanfaatan dan tentu saja kemadharatan yang disuguhkan tanpa kita minta. Jendela masuknya debu-debu dosa lebar menganga, lalu kerahiman Allah memudahkan kita untuk membasuhnya kapan saja kita mau, membasuh kotoran-kotoran yang melekat dalam diri kita dengan cara yang sederhana; wudhu.
Allah pun menyukai hamba-hamba yang mempergunakan jalan kemudahan dariNya, dengan firmanNya dalam QS. Al Baqarah ayat 222, “Sungguh, Allah menyukai para pentaubat dan yang senantiasa menyucikan diri.”
Syeikh Ibrahim An Nuaimy mengatakan, “wudhu bukanlah sesuatu yang sederhana dalam kehidupan seorang muslim, karena ia selalu membuatnya terjaga, berenergi dan bercahaya.”
Allah swt mensyariatkan wudhu sebagai sarana pembersihan diri, pembaruan vitalitas, penghapus keburukan-keburukan, dan kegalauan hati dari hinggapan penyakit-penyakitnya. Karena sungguh, sulit dihindari, pergulatan hidup yang membarakan obsesi, kecintaan pada dunia, dan kegelisahan-kegelisahan yang disebabkan oleh hal-hal sepele dan tidak bernilai kerap mendorong kita untuk bergeser dari amaliah yang Allah ridhai. Mata kita sering dibutakan oleh kotoran-kotoran yang tak kasat, telinga kita sering ditulikan oleh tebalnya dosa-dosa, lisan kita pun sering menjadi terasah tajam melontarkan ucapan-ucapan yang tak ada makna dan faidah kita sering tergerus pada amalan tak berguna, tak jelas pada siapa ditujukan, padahal seharusnya, Allahlah satu-satunya yang menjadi tujuan.
Wudhu, pekerjaan sederhana yang bocah seusia siswa PAUD pun bisa melakukannya, selain membawa manfaat dzohir dan bathin, membersihkan kotoran yang nampak dan tidak tampak, wudhu pun merupakan amalan yang membekaskan cahaya yang hanya dikenali oleh manusia agung, yang kita rindukan pertemuannya, yang kita selalu bershalawat kepadaNya agar kelak mendapatkan syafaatnya, Muhammad saw. Dalam haditsnya, Rasulullah saw bersabda;
“aku sangat merindukan saudara-saudaraku,” para sahabat berkata, “bukankah kami ini saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang beriman kepadaku tetapi belum pernah melihatku.” Para sahabat bertanya lagi, “bagaimana kelak engkau bisa mengenali bahwa mereka yang akan datang belakangan itu adalah umat engkau?” Rasulullah saw menjawab, “bagaimana menurutmu jika seseorang memiliki kuda yang dahinya putih bercahaya dan berada di tengah-tengah kuda lain yang semuanya hitam kelam pekat, tidakkah ia tahu yang mana kudanya?” Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw melanjutkan, “begitulah mereka saudaraku itu, kelak mereka datang dalam keadaan bercahaya wajahnya dan putih pula bekas wudhunya.” HR. Muslim
Dari hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa wudhu adalah amalan yang sangat dicintai Nabi, sehingga dengannya, Nabi dapat mengenali siapa saja umatnya yang istiqomah mengerjakannya. Cucuran air suci yang melekatkan cahaya surgawi. Siapa yang enggan dengan cahaya itu? Melakukannya, tidak, wudhu tidaklah sulit. Sekurang-kurangnya setiap orang akan berwudhu minimal lima kali sehari semalam. Setiap ada debu yang menempel, kita basuh dengan air suci, mungkin akan kotor lagi, lalu kita cuci lagi, terus menerus seperti itu. Mungkinkah butir-butir kerikil gunungan dosa-dosa kita tidak akan terkikis? Masihkah ia akan tetap membukit menghalangi sampainya telapak kaki kita ke surgaNya? Atau masihkah debu-debu itu menghijabi semburat cahaya di wajah kita untuk melepas rindu kepada sang kekasih kelak, Rasulullah saw?
Dikisahkan di suatu negara terlahir seorang anak dengan tingkat kecerdasan yang menakjubkan, menyaingi Imam Syafi’i rahimahullah jika ia masih hidup kini. Anak itu diceritakan memiliki kemampuan menghafal seluruh isi al Quran pada usia 9 tahun, menghafal ribuan hadits baik matan ataupun sanadnya, serta mampu menerangkan ratusan buku yang ia baca di rumahnya. Anak itu, karena kecerdasannya yang luar biasa, keberadaannya dilindungi langsung oleh negara. Siapa yang akan ditanyai sebab-sebab mengapa anaknya sehebat ini? Tentu orang tuanya, terutama sang ibu. Ketika ditanya apa rahasia dan metode yang diterapkan ibunya dalam mendidik anak itu, ibunya menjawab, “Ketika saya mengandung anak itu, saya tidak pernah berhadats (senantiasa menjaga wudhu)”.
Agama kita, Islam, memberi kita banyak cara untuk menemukan keajaiban dengan kesederhanaan. Islam menyuguhkan pemecahan-pemecahan mudah dalam setiap persoalan. Islam, agama paripurna yang diemban oleh para Anbiya, menawarkan cara gampang untuk melabuhkan rindu di dermaganya, berwudhulah, niscaya kekasih kita akan mudah mengenali dan menyambut cahaya kerinduan kita kelak, Allahumma shalli wa sallim wabaarik ‘alaihi. Semoga bermanfaat, Allahu a’lam bi as showwab. 
Wudhu; Bukti Kesungguhan Rindu Kepada Nabi Wudhu; Bukti Kesungguhan Rindu Kepada Nabi Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 6:29 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.