Membangun Dengan Kritik

Oleh Muttaqin, ST


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para rasul, kepada para keluarga dan sahabat beliau.

Ikhwahfillah....

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas Jasad, ruh, dan Akal dan dimuliakan dengan tugas mengabdi kepada Allah dan sebagai khalifah dimuka bumi.

Namun, disamping dikaruniai banyak keistimewaan dan kelebihan, manusia juga dikaruniai banyak kelemahan.

Kelemahan itu antara lain :

1. Tergesa – gesa (QS. Al Isra’ : 11, QS. Al Anbiya’ 21)

2. Lemah (QS. An Nissa’: 28)

3. Bodoh (QS.AL Ahzab : 72)

4. Suka membantah (QS. Al Kahfi: 54)

5. Kikir dan keluh kesah (QS. Al Ma’arij : 19, QS. Al Isra’ : 100)

6. Ingkar (QS. Al ‘Aadiyaat : 6, QS. Al Hajj : 66, Ibrahiim (14) : 34, Az Zukhruf (43) : 15

7. Putus Asa (QS. Haa Mim Assajdah : 49, QS. Al Isra’ : 83)

8. Berlebih – lebihan (QS. Yunus : 49)

9. Lalai (QS Al A’raf :179)

10. Susah payah (QS. Al Balad :4)

Karena kelemahan2 tersebut menjadi sifat dasar setiap manusia, artinya bahwa tidak ada seorang pun yang ma’shum (terhindar dari dosa) selain para nabi dan rasul, maka setiap orang harus dapat menerima bantuan, masukan, bahkan kritikan dan bantahan dari orang lain.

Meski demikian, terdapat beberapa ketentuan dan etika yang patut diperhatikan oleh setiap pihak yang ingin mengritik dan membantah seorang yang melakukan kesalahan.

Allah swt berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesal dari jalan-Nya. dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk menyampaikan kebenaran harus dengan cara yang baik, yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara yang bijak.

Bahkan, kepada nabi Muhammad saw, Allah swt memerintahkan untuk bersikap lemah lembut, seperti halnya yang telah Dia perintahkan kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus oleh Allah Swt. kepada Fir'aun, sebagaimana firman-Nya:

فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha: 44)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengkritik, yang kami sarikan dari tulisan Syaikh Salim Ath Thawil, antara lain:

1. Hanya mengharapkan ridho Allah saat mengritik dan membantah.

Bukan dengan  tujuan menonjolkan diri, mencari popularitas dan atau membalas dendam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyahrahimahullah mengatakan, “Wajib bagi setiap orang yang memerintahkan kebaikan dan mengingkari kemungkaran berlaku ikhlas dalam tindakannya dan menyadari bahwa tindakannya tersebut adalah ketaatan kepada Allah. Dia berniat untuk memperbaiki kondisi orang lain dan menegakkan hujjah atasnya, bukan untuk mencari kedudukan bagi diri dan kelompok, tidakpla untuk melecehkan orang lain.”

2. Mengkritik dengan ilmu

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

يَنْبَغِي لِمَنْ أَمَرَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَى عَنْ الْمُنْكَرِ أَنْ يَكُونَ فَقِيهًا فِيمَا يَأْمُرُ بِهِ فَقِيهًا فِيمَا يَنْهَى عَنْهُ
“Hendaknya setiap orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar adalah seorang yang ‘alim terhadap apa yang dia perintahkan dan dia larang.”

3. Adil

Ketahuilah, pada umumnya setiap orang pada dasarnya tidak menyukai jika ia dikritik atau dibantah, hanya mereka yang memiliki keluasan hati saja yang dapat menerima kritikan dari orang lain.

Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam mengkritik, jangan sampai zhalim, melampaui batas, menuduh, menghakimi dan memaknai perkataan dengan makna yang tidak dimaksud oleh pihak yang dibantah.

Berlaku Adil-lah dalam mengkritik. Karena bisa jadi ia tidak sepenuhnya keliru, mungkin saja hanya belum ada kesamaan pemahaman saja antara kita dan dia.

4. Dahulukan Berbaik sangka walau tetap kritis

Jangan berburuk sangka sehingga memahami perkataan pihak yang dibantah dengan makna terburuk.

5. Disampaikan dengan Lembut dan santun

Kepada Musa dan Harun Allah swt berfirman,

فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaha: 44)

6. Yang dikritik hanyalah perkataan dan perbuatan lahiriah; bukan niat yang tersembunyi karena hal itu hanya diketahui oleh Allah semata

7. Boleh membantah secara tersembunyi atau terang-terangan, sesuai kondisi

Seorang kritikus perlu bersikap hikmah, sehingga dia mampu menempuh metode yang paling tepat sesuai kondisi pihak yang dikritik. Jika kesalahan tersebut dipublikasikan secara luas, maka pada kondisi demikian bantahan dapat dilancarkan dengan terang-terangan. Namun, apabila kesalahan tersebut bersifat personal, maka hendaknya pengritik membantah dan mengingatkannya empat mata, tanpa perlu dipublikasikan.

8. Mengkritik dalam rangka untuk menasehati, sehingga pihak yang salah dapat kembali kepada kebenaran dan bertaubat serta memperbaiki kesalahannya.

Demikianlah. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Membangun Dengan Kritik Membangun Dengan Kritik Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 6:47 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.