Khutbah Jum’at
di Masjid Miftahul Jannah Desa Burai (31 Oktober 2014) dan Masjid Istiqomah Kelurahan Tanjung Batu Timur (7 November 2014)
oleh Ustadz Muttaqin Anang Toha
(Ketua Yayasan Tarbiyah Syamilah)
الحَمْدُ ِللهِ اشّهدُ أنْ لآاله الا اللهُ
وَحْدَهُ لاشَريكَ لهُ وَأشْهَدُ أنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلهُ * اللهُمّ
صَلىّ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلى الهِ وَأصْحَابِهِ وَسَلّمَ
تَسْلِيمًا كثِيرًا * أمّابَعْد: فَيَا أيّهَاالنّاسُ، إتّقُوااللهَ تَعَالى، حَقّ
تُقَاتِه وَلا تَمُوْتُنّ إلاوَانْتُمْ مُسْلِمُوْنَ*
Saudaraku, Kaum muslimin, jama’ah sholat Jum’at
yang Insya Allah senantiasa dalam naungan rahmat Allah SWT.
Alhamdulillah pada hari jum’at yang
dimuliakan ini kita kembali dikumpulkan Allah swt di dalam rumah-Nya dalam rangka
mentaati perintah-Nya yang tertera di dalam Al Qur’an yang berbunyi:
Hai
orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475].
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al Jumu’ah :
9)
Ketaatan ini
kita lakukan tentunya diiringi dengan harapan semoga Kasih Sayang dan Nikmat
Allah senantiasa dilimpahkan-Nya kepada kita. Diantara
bentuk kasih sayang dan nikmat yang kita harapkan itu adalah berupa dilimpahkannya
rizqi yang
barokah yang dapat menjamin kebahagiaan
hidup kita di dunia dan di akhirat.
Kita
bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya dengan cara
mempergunakan semua kenikmatan itu untuk memperbanyak amal kebaikan dan
semakin menyempurnakan ibadah kepada Allah S.W.T. serta dalam
segala kondisi
dan keadaan kita, marilah kita
selalu menjaga
dan meningkatkan mutu ketaqwaan kita kepada
Allah dengan senantiasa mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya sehingga kita akan mendapatkan
kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Marilah kita sentiasa memohon
perlindungan kepada Allah S.W.T dan memohon agar dijauhkan dari sesuatu yang tergolong
dalam perbuatan menukar nikmat Allah dengan sesuatu yang dibenci dan
dimurkai-Nya. Janganlah kita tukar nikmat sehat dengan menghadiri
kegiatan-kegiatan maksiat dan mengandung dosa, rizki berupa uang yang kita
dapatkan dengan susah payah jangan lah ditukarkan dengan berjudi atau ditukarkan
dengan sesuatu yang mengandung kesyirikan atau digunakan untuk membeli makanan
dan minuman yang haram, atau jangan tukar nikmat waktu luang dengan melakukan
perbuatan dosa dan kesia-sia-an dan melalaikan diri dengan kewajiban. Hingga
Allah SWT menghindarkan kita dari adzab dan hukuman-Nya yang sangat keras.
Allah SWT
berfirman:
dan Barangsiapa yang menukar nikmat
Allah[133] setelah datang nikmat itu kepadanya, Maka Sesungguhnya Allah sangat
keras siksa-Nya. (Al Baqarah: 211)
Sidang
jum’at yang dirahmati Allah S.W.T,
Pada khutbah kali ini, kami akan menyampaikan tema:
LARANGAN BERHUBUNGAN DENGAN JIN
Ma’asyirol Mukminina Rohimakumullah
Allah SWT
menciptaan makhluknya ada yang bernyawa (makhluq hidup) dan ada pula yang tidak
bernyawa (benda mati). Dan jin, adalah termasuk dalam kelompok makhluk yang
bernyawa.
Kata jin
menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar
(tersembunyi). Jadi, dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari
pandangan mata manusia (ghoib). Sedangkan setan ialah setiap yang durhaka baik dari
golongan jin maupun manusia dan Iblis adalah pemimpinnya para setan.
Firman
Allah,
“Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. (QS. Al-A'raf: 27)
Asal
kejadian Jin
Kalau
manusia diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas.
Allah berfirman,
“Dan Kami
telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr:
27)"
Rasulullah
bersabda,
خُلِقَتِ
الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ. رواه مسلم
Malaikat telah diciptakan dari cahaya, jin diciptakan
dari nyala api, dan Adam diciptakan dari tanah (yang telah dijelaskan kepada
kalian). (Muslim)
Bagaimana
wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara
rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail.
Karena
diciptakan dari api, maka siapapun yang telah dirasuki oleh jin (setan) atau
siapapun yang mengikuti perintahnya, maka ia tidak akan merasakan ketenteraman
jiwa, sebagaimana firman Allah:
“orang-orang yang Makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila”
Tempat-tempat Jin
Banyak
perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamaannya juga ada, di antara
persamaan kita dengan jin adalah sama-sama menghuni bumi. Bahkan jin telah
mendiami bumi sebelum adanya manusia.
Bangsa jin
juga bisa tinggal bersama manusia di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan
bersama manusia. Dan tempat yang paling disenangi jin adalah kamar mandi,
tempat manusia membuka aurat.
Oleh karena itu,
Agar aurat kita terhalang dari pandangan jin ketika kita akan membuka pakaian maka
kita dapat membaca do’a Rosulullah berikut:
Anas
bin Malik ra. Berkata bahwa Rosulullah saw bersabda, “Pembatas antara mata jin
dan aurat Bani Adam adalah tatkala seorang muslim melepas pakaiannya, maka
hendaklah ia berkata:
بِسمِ الله الّذِي لاَإِلَهَ إِلاَّهُوَ
“Dengan nama Allah yang tiada ilah
melainkan Dia.” (HR. Ibnu Sunni)
Dan ketika kita
akan masuk ke dalam WC, hendaknya kita berdoa
اَللّهُمَّ اِنِّيْ
أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَا إِثِ.
"Ya
Allah, aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) setan laki-laki dan setan
perempuan." (HR. At-Turmudzi).
Jin Dapat
Mengubah Bentuk
Setiap
makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu
kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk.
Maka, kalau
ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin
yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhluk
yang dapat dilihat mata manusia biasa, bukan
wujudnya yang asli. Karena aslinya jin adalah termasuk salah satu makhluk ghaib
yang Allah ciptakan.
Larangan
Berhubungan dengan Jin
Sebagaimana malaikat, kita tidak dapat mengetahui
informasi tentang jin serta alam ghaib lainnya kecuali melalui Al-Quran maupun
Hadits yang shahih dari Rasulullah saw.
Allah SWT berfirman:
Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada
Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin:
26-27).
Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan
mereka (para jin) secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun
terjadi hubungan, maka kita berada pada posisi yang lemah, karena kita tidak
dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita. Inilah salah satu penyebab
mengapa kita dilarang untuk berhubungan dengan jin–apapun bentuk hubungan
tersebut. Walaupun jin tersebut mengaku muslim.
Meskipun jin
ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib, maka tidak mungkin muncul
ketenteraman hati dan kepercayaan penuh bagi kita terhadap keislaman mereka,
apakah benar jin yang mengaku muslim itu jujur dengan pengakuannya atau ternyata
ia berdusta.
Kalau pun benar
meraka adalah muslim, maka kita juga tidak mengetahui dan memastikan kebenaran
pengakuannya karena kita tidak dapat melihat apalagi menyelidiki apakah mereka
muslim yang baik dan taat kepada Allah atau sebaliknya.
Berhubungan
dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya
besar bagi pelakunya.
Dalil
tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:
“Dan bahwasanya ada beberapa
orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)
Melakukan
hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh
kepada perbuatan syirik.
Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi
di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:
وَإِنِّي خَلَقْتُ
عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ
فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ،
وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. رواه مسلم
Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku
semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh
setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang
telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan
hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)
Imam
Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Meminta perlindungan kepada selain Allah
(salah satunya adalah jin) adalah syirik.”.
Sidang jum’at
yang dirahmati Allah
Ketidakmampuan
kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan
kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa
sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah.
Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan
ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka
mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang
menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam.
“ dan
Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula)
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, Maka
mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi
neraka Jahannam.” (Al-Jin (72): 14-15).
Berhubungan
dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan
sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia
jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang
mengeluarkannya dari ajaran Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Setan (dari kalangan jin) sering berbentuk wajah orang yang dimintai tolong, jika orang tersebut telah meninggal.”
Oleh karena itu, maka manusia tidak diperbolehkan meminta bantuan kepada jin baik untuk mengetahui perkara-perkara ghaib atau berdoa kepada mereka, mendekatkan diri kepada mereka, membuat kemenyan, maupun selainnya. karena itu adalah suatu bentuk kesyirikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Setan (dari kalangan jin) sering berbentuk wajah orang yang dimintai tolong, jika orang tersebut telah meninggal.”
Oleh karena itu, maka manusia tidak diperbolehkan meminta bantuan kepada jin baik untuk mengetahui perkara-perkara ghaib atau berdoa kepada mereka, mendekatkan diri kepada mereka, membuat kemenyan, maupun selainnya. karena itu adalah suatu bentuk kesyirikan.
Ma’asyirol mukminina rohimakumullah
Manusia diperintahkan oleh
Allah swt untuk melakukan muamalah (pergaulan) dengan sesama manusia, karena
tujuan hubungan sosial adalah untuk melahirkan ketenangan hati, kerja sama yang
baik, saling percaya, saling menyayangi dan saling memberi. Semua itu dapat
berlangsung dan terwujud dengan baik, karena seorang manusia dapat mendengarkan
pembicaraan saudaranya, dapat melihat sosok tubuhnya, berjabatan tangan
dengannya, melihatnya gembira sehingga dapat merasakan kegembiraan nya, dan
melihatnya bersedih sehingga bisa merasakan kesedihannya.
Allah swt mengetahui fitrah
manusia yang cenderung dan merasa tenteram bila bergaul dengan sesama manusia,
oleh karena itu, Dia tidak pernah menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan
dengan makhluk ghaib yang asing bagi manusia (Jin dan berhubungan dengannya).
Bahkan Allah swt tidak memerintahkan kita untuk berkomunikasi dengan malaikat
sekalipun, padahal semua malaikat adalah makhluk Allah yang taat kepada-Nya.
Para nabi dan rasul alahimussalam pun hanya berhubungan dengan malaikat karena
perintah Allah swt dalam rangka menerima wahyu, dan amat berat bagi mereka jika
malaikat menampakkan wujudnya yang asli di hadapan mereka.
Tentang ketenteraman hati
manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman:
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
(Ar-Rum: 21).
Makna “dari jenismu sendiri’
adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang
bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apapun bentuknya, apalagi
dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal
ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan.
Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak
penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik seperti
yang dijelaskan di atas. Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan
mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih
lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar
bermaksiat kepada Allah swt.
Di samping itu, tidak ada manusia yang dapat
menundukkan jin sepenuhnya (taat sepenuhnya tanpa syarat) selain Nabi Sulaiman
as dengan doanya:
Sulaiman berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. (Shad (38): 35).
Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan
kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia
apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat
dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan,
bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran
Islam. Na’udzu billahi min dzalik.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita petunjuk
dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini, dan Allah SWT melindungi dan
menjaga kita dari segala tipu daya syaiton baik dari bangsa jin maupun dari
bangsa manusia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ
العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ
وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ
هُوَالغَفُورُالرَّحِيم
LARANGAN BERHUBUNGAN DENGAN JIN
Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH
on
9:00 AM
Rating:
wah artikelnya keren banget. Terima Kasih
ReplyDelete