MEMILIH PEMIMPIN YANG AMANAH



MEMILIH PEMIMPIN YANG AMANAH
Oleh: Muttaqin Anang Toha*
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyirol Muslimina Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaqwaan, agar kita mendapatkan kemuliaan dari Allah di dunia dan akhirat.
Kaum Muslimin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Menjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yang dirahmati oleh Allah. Mayoritas orang bahkan justru menjadikannya sebagai ajang rebutan, khususnya jabatan yang menjanjikan lambaian rupiah (uang dan harta) dan kesenangan dunia lainnya.
Sungguh benar sabda Rasulullah ketika beliau menyampaikan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ علي الإِمَارَةِ وَ سَتَكُوْنُ نَدَامَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. ” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 7148)
Pada zaman ini kita merasakan bahwa kondisi yang Rasul khawatirkan 14 abad lalu nampaknya telah benar-benar terjadi. Betapa tidak, saat ini telah nyata di hadapan kita semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan sehingga menjadikannya sebagai sebuah cita-cita hidup.
Jabatan kepemimpinan di negeri kita Indonesia saat ini dipandang sebagai sebuah "aset", karena ia baik langsung maupun tidak langsung terkait kepada keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya. Maka tidaklah heran menjadi kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota dewan dan jabatan public lainnya merupakan impian dan cita-cita semua orang. Mulai dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada artis.
Karena begitu menjanjikannnya posisi kepemimpinan tersebut, maka semakin banyak orang yang berusaha mendapatkannya. Tidak sedikit diantara mereka yang berburu jabatan ini bahkan belum mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana kemampuannya, dan  layakkah dirinya memegang jabatan (kepemimpinan) tersebut. Parahnya lagi, mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan itu sendiri. Padahal jabatan sesungguhnya merupakan sebuah tanggung jawab yang menuntut pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang dilihat dan dinilai banyak orang.
Dan celakanya, mengingat kenyataan bahwa posisi kepemimpinan ini terbatas, sedangkan yang berambisi menginginkannya sangat banyak, maka yang terjadi kemudian adalah perebutan kekuasaan dengan cara-cara yang tidak sehat dan tidak dibenarkan. Kita saat ini mengetahui banyak orang-orang yang menginginkan jabatan ini bahkan tidak segan-segan melakukan politik uang dengan membeli suara masyarakat pemilih. Bahkan tidak sedikit juga ada yang melakukan intimidasi / pemaksaan padahal memilih pemimpin merupakan hak konstitusi semua warga negara yang harus bebas dari pemaksaan dan suap. Bahkan ada yang ekstrim, ia pun siap menghilangkan nyawa orang lain yang dianggap sebagai rival dalam perebutan kursi kepemimpinan tersebut. Atau seseorang yang dianggap sebagai duri dalam daging yang dapat menjegal keinginannya meraih posisi tersebut.
Cara-cara kompetisi menjadi pemimpin yang tidak sehat seperti inilah menurut Al Muhallab sebagaimana dinukilkan dalam Fathul Bari (13/135) merupakan salah satu faktor terjadinya kerusakan yang besar di permukaan bumi. Baik kerusakan alam, sosial maupun budaya.
Beliau mengatakan: “Ambisi untuk memperoleh jabatan kepemimpinan merupakan faktor yang mendorong manusia untuk saling membunuh. Hingga tertumpahlah darah, dirampasnya harta, dihalalkannya kemaluan-kemaluan wanita (yang mana itu semuanya sebenarnya diharamkan oleh Allah) dan karenanya terjadi kerusakan yang besar di permukaan bumi.”

Hakikat kepemimpinan
Oleh Karena itu, wajib bagi bagi kita dan seorang calon pemimpin untuk berusaha memahami apa hakikat kepemimpinan itu sebenarnya.
Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran sesungguhnya bukan hanya sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Allah berfirman,

"Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim".
Kepemimpinan itu adalah amanah, titipan Allah swt, jadi ia bukanlah sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab melalui kekuasaan dan wewenang yang melekat pada seorang pemimpin terletak amanah dari Allah SWT untuk memberikan pelayanan kepada rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.

Kedua,     kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan dari penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang.
Allah SWT berfirman:
QS. Shad: 22. Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut; (Kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah Kami ke jalan yang lurus.

Ketiga,     pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. Dengan demikian, hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia menjalankan amanat Allah swt untuk mengurus dan melayani umat/masyarakat.
QS. At Taubah : 128. sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Syarat Menjadi Pemimpin
Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan minimal ada empat syarat yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin, yaitu:
(1).  Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong.
(2).  Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat.
(3)   Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh.
(4).  Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
Sedangkan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya adalah:
(1). Kesabaran dan ketabahan.  Allah berfirman,
"Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". (Q. S. As-Sajdah (32): 24).
Ayat ini menunjukkan bahwa kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan sifat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin.

(2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Allah berfirman,
QS. Al Anbiya’ : 73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
Artinya bahwa pemimpin itu dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi dan keluarga mereka kemudian mensosialisasikannya di tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi, yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya.

(3). Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. QS. Al Anbiya ayat 73 di atas juga menggambarkan bahwa seorang pemimpin itu telah membudaya kebaikan pada diri mereka sejak lam bukan baik ketika mereka ingin dipilih menjadi seorang pemimpin. Apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka maka insya Allah ia akan mampu mengantarkan umat kepada kebahagiaan.

(4). Memiliki aqidah yang benar (aqidah salimah).
(5). Memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas (`ilmun wasi`un).
(6).  Memiliki akhlak yang mulia (akhlaqulkarimah).
(7). Memiliki kecakapan manajerial dan administratif dalam mengatur urusan-urusan duniawi.

Memilih pemimpin
Karena dalam proses pengangkatan seseorang sebagai pemimpin terdapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yaitu masyarakat. Karena yang memilih pemimpin adalah masyarakat, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits. Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cerminan" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian".
Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab memilih pemimpin dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin yang baik dan benar.
 
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Sekarang, kita berada di masa-masa penentuan kepemimpinan di negeri ini setidaknya untuk 5 tahun yang akan datang, maka marilah kita menjadi pribadi pemilih yang sholeh, yang tidak memilih pemimpin kecuali mereka yang kita pilih adalah orang-orang yang sholeh, Qonaah, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT. Semoga Allah menjadikan negara kita, provinsi kita, Kabupaten kita, kelurahan kita negeri yang Aman Sentosa. Amin
بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.

 

*Muttaqin, S.T : Ketua Rabithah Majelis Taklim Tarbiyah Syamilah OI



Sumber:  
Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Prov. Riau
MEMILIH PEMIMPIN YANG AMANAH MEMILIH PEMIMPIN YANG AMANAH Reviewed by TARBIYAH SYAMILAH on 9:02 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.